Wing Day dan Kebahagiaan Melahirkan Penerbang TNI Angkatan Udara

Pesawat Grob TNI AUTNI AU

AIRSPACE REVIEW (angkasareview.com) – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna pada Kamis, 16 Mei 2019, melantik 43 penerbang militer lulusan pendidikan Sekolah Penerbang (Sekbang) Terpadu Angkatan 95. Pelantikan dilakukan dalam upacara militer “Wing Day” di Lapangan Jupiter Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

Pelantikan diawali dengan penyematan wing dan penyerahan trofi kepada lulusan terbaik, yaitu Letda Pnb Silmi Mubarak, S.Tr (Han) dari penjurusan Fixed Wing (sayap tetap) dan Letda Pnb Anterio Chevalia Y, S.Tr (Han) dari penjurusan Rotary Wing (helikopter).

Berikutnya, dilakukan penyematan wing oleh para keluarga kepada para lulusan. Untuk diketahui, dua di antara 43 lulusan yang diwisuda dalam Wing Day kali ini adalah Wanita Angkatan Udara (Wara).

Keduanya adalah Letda Pnb Anisa Amilia Oktavia S.Tr (Han) yang akan bertugas sebagai penerbang pesawat C-130 Hercules dan Letda Pnb Mega Coftiana, S.Tr (Han) yang akan bertugas menerbangkan pesawat NC212 Aviocar. Kedua Wara merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 2017 dan ternobatkan sebagai Wara pertama lulusan AAU yang menjadi penerbang.

Sebelum dilantik sebagai penerbang, para siswa Sekbang terpadu A-95 telah mengikuti tahapan pendidikan berupa Bina Kelas (Ground School) di Skadron Pendidikan (Skadik) 104 dan Bina Terbang latih dasar di Skadik 101 dengan pesawat Grob G 120TP-A.

Tahapan berikutnya, para siswa melaksanakan pendidikan terbang latih lanjut untuk jurusan Fixed Wing di Skadik 102 dengan pesawat KT-1B Woong Bee dan jurusan Rotary Wing dilaksanakan di Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang dengan pesawat H120-B Colibri.

KSAU dalam amanatnya mengatakan, keberhasilan menyelesaikan pendidikan Sekbang merupakan awal dalam menjalankan tugas sebagai penerbang. Dari sini masih terbentang tahapan panjang yang harus diikuti.

Menghadapi tantangan tugas yang semakin kompleks dan berat, kata KSAU, para perwira penerbang harus memperdalam ilmu dan mengasah kemampuan secara terus-menerus. Untuk itu, dibutuhkan disiplin dan semangat belajar.

Ditekankan oleh KSAU, untuk menjadi awak pesawat dengan kualifikasi operasional, dibutuhkan persyaratan yang tidak mudah. Pengembangan pengetahuan dan wawasan amat dibutuhkan guna menunjang pelaksanaan tugas.

“Sehingga, seorang penerbang harus memiliki tiga aspek yaitu knowledge (ilmu pengetahuan), skill (keterampilan), dan attitude (sikap). Ketiganya saling bertautan dan tidak bisa dipisahkan dalam mendukung operasi penerbangan,” kata Yuyu Sutisna.

Seorang air crew, lanjut KSAU, membutuhkan latihan dan pembinaan berkelanjutan untuk membentuk skill terbang yang mumpuni sehingga dapat melaksanakan segala misi penerbangan dengan aman dan lancar.

Sebagai informasi tambahan, dari 43 penerbang muda yang diwisuda, sebanyak 37 lulusan merupakan penerbang TNI AU, 2 lulusan merupakan penerbang TNI AD (Puspenerbad), dan 3 lulusan merupakan penerbang TNI AL (Puspenerbal).

Kemudian ada satu orang lulusan yang merupakan penerbang Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM).

Khusus untuk 37 penerbang TNI AU, terdiri dari 27 penerbang fixed wing dan 10 penerbang rotary wing. Selain terdapat dua orang Wara, juga ada satu penerbang lulusan dari Sekbang di Amerika Serikat, yaitu Letda Pnb Akbar Aviantara.

Wing Day A95
Dispenau Dispenau

Momen Wing Day atau kelulusan bagi seorang siswa penerbang, merupakan momen yang penuh haru, rasa syukur, dan kebahagiaan. Tidak saja bagi penerbang itu sendiri, namun juga bagi orang tua dan keluarga. TNI AU dalam hal ini juga ikut bahagia karena mendapatkan tambahan penerbang untuk meneruskan kelanjutan operasional pesawat di udara.

Apa yang kita cermati dari wisuda kelulusan penerbang ini, adalah bahwa TNI atau TNI AU pada khususnya, sedang berkembang menambah sumber daya manusia pengawak pesawat. Itu artinya, bahwa secara signifikan TNI AU juga sedang menambah jumlah pesawatnya.

Penerbang-penerbang baru dibutuhkan selain untuk mengawaki pesawat baru, juga agar regenerasi penerbang di TNI AU tidak mandek. Karena, para penerbang seniornya tentu tidak akan selamanya berada di skadron. Mereka akan beralih tugas ke penugasan di tempat baru seiring kenaikan pangkat dari letnan kolonel menjadi kolonel.

Di TNI AU tidak banyak perwira penerbang berpangkat kolonel yang masih melaksanakan tugas penerbangan. Kecuali hanya beberapa saja dan itu pun sifatnya komplemen saja, untuk mengisi kekurangan penerbang atau sebagai instruktur yang masih dibutuhkan guna menyalurkan ilmunya kepada para juniornya.

Pesawat yang digunakan oleh TNI AU rata-rata berumur hingga tiga dekade atau bahkan lebih sebelum digantikan oleh armada baru. Sehingga, seringkali penerbang yang mengawaki pesawat tersebut sudah pensiun, sedangkan pesawatnya masih digunakan.

Dengan kata lain, kehidupan di skadron harus dan akan tetap berjalan dengan hadirnya penerbang-penerbang muda yang dihasilkan dari Sekbang. Dan tentunya juga dengan tersedianya pesawat di skadron.

Jumlah 37 penerbang baru bagi TNI AU yang diwisuda kali ini, rupanya masih kurang dari jumlah kebutuhan. Karena, KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna menyatakan, kebutuhan ideal penambahan penerbang bagi TNI AU adalah 52 penerbang per tahun. Hal ini selaras dengan rencana penambahan pesawat yang telah disusun dan masuk dalam rencana strategis (Renstra) TNI AU.

Meski demikian, kata KSAU, kebutuhan penerbang ini memang tidak serta merta bisa dipaksanakan apabila syarat utamanya tidak terpenuhi. Yaitu, syarat kualitas demi tercapainya keselamatan terbang dan kerja.

Kita dukung program yang dilaksanakan oleh TNI AU. Sekaligus, bagi para keluarga/orang tua yang berniat mengantarkan cita-cita anaknya menjadi penerbang TNI AU agar menyiapkannya sejak dini, membimbing, dan mengarahkan mereka ke lingkungan yang benar serta menunjang.

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *