AIRSPACE REVIEW (angkasareview.com) – Memasuki era milenium baru, banyak perusahaan dan lembaga riset mulai memikirkan dan mengembangkan moda angkutan alternatif. Utamanya adalah untuk mencari solusi kemacetan yang semakin parah di kota besar-besar dunia.
Banyak gagasan muncul, mulai dari kendaraan terbang pribadi hingga taksi udara komersial. Lazimnya, adalah desain kendaraan yang mengadopsi teknologi VTOL (terbang dan mendarat dan verikal). Baik berbentuk helikopter ataupun gabungan antara mobil dan pesawat.
Negara dengan teknologi mapan seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China mulai meluncurkan satu persatu gagasannya. Ada yang masih berupa konsep dan ada yang telah berwujud menjadi purwarupa terbang.
Paman Sam menawarkan Transcend Vy 400 dan Terrafugia Transition. Sementara mewakili Eropa, hadir Airbus Helicopters Pop.Up Next dan CityAirbus, lalu PAL-V dari Belanda, dan AeroMobil 5.0 dari Slowakia.
Sedangkan China yang industri kedirgantaraannya sudah melaju pesat, hadir dengan Ehang 184.
Lalu di mana posisi Indonesia? Apakah hanya menjadi penonton atau kelak hanya menjadi pengguna dari produk dari luar?
Kabar baiknya, Indonesia juga turut berpartisipasi dalam perancangan kendaraan terbang masa depan ini. Salah satunya, adalah PT Chroma Interanational. Perusahaan dari Bandung, Jawa Barat ini merancang Multi Purpose Aerial Vehicle (MPAV) dengan nama Dadali yang berarti burung Garuda dalam bahasa Sunda.
Penampakan pertama Dadali MPAV dipergoki Airspace Review dalam Pameran Produk Litbang Kementerian Pertahanan di Pondok Labu, Jakarta Selatan pada 28-29 Agustus 2018 silam.
Tak segarang seperti nama julukannya, model skala Dadali MPAV yang ditampilkan terlihat unik dan futuristik bak kendaraan terbang dalam film fiksi ilmiah. Sontak, keberadaannya menjadi pusat perhatian para pengunjung pameran yang hadir kala itu.
Saat ditanyakan proges dari pengembangan Dadali MPAV, awak penjaga stan PT Chroma Interanational menyebutkan, perusahaan tengah mencari investor atau mitra untuk mewujudkannya menjadi purwarupa terbang.
Dadali MPAV digerakkan menggunakan tenaga hibrida, gabungan mesin elektrik dan dan motor bakar. Terdapat delapan rotor mini, masing-masing empat buah yang dibungkus dalam satu wadah bulat besar. Pesawat mengadopsi kontrol penerbangan triple redundancy yang dapat diterbangkan secara mandiri.
Sesuai namanya sebagai wahana udara serbaguna, Dadali MPAV hadir dalam tiga versi, pertama varian berawak tunggal (type A). Dua lainnya versi tanpa awak (drone) untuk ambulans udara/medevac (type M) yang dibekali pelampung untuk pendaratan di air serta versi kargo (type C) dengan muatan hingga 120 kg.
Lama tak terdengar, ternyata model skala Dadali MPAV telah terbang dari Tanah Air menuju Jerman. PT Chroma Interanational turut berpartisipasi dalam Aero Expo 2019 di Friedrichshafen, Jerman yang berlangsung pada 10-13 April. Kehadiran Dadali MPAV disebutkan menjadi daya pikat pengunjung yang hadir.
Dilansir dari situs asal Jerman berbahasa Indonesia, dw.com/id/, kehadiran lima perusahaan yang bergerak di bidang kedirgnatraan ini atas inisiatif KBRI di Jerman. Selain PT Chroma Interanational, hadir juga PT Aering, PT Cakra Vimana Diinamyck, PT Enggal Makmur Abadhi, dan PT Merpati Maintenance Facility (MMF).
Kehadiran Dadali MPAV tentu cukup membanggakan, karena juga mempromosikan kemajuan teknologi kedirgantaraan di Tanah Air. Apalagi Aero Expo di Friedrichshafen adalah salah satu pameran industri dirgantaraan terbesar di kawasan Eropa.
Setiap tahunnya Aero Expo Friedrichshafen menarik perhatian rata-rata 35.000 pengunjung yang berasal dari 60 negara. Dalam perhelatan 2019 ini, sekira 700 peserta pameran yang berasal dari 40 negara hadir memeriahkan acara.
Rangga Baswara Sawiyya
editor: raider