ANGKASAREVIEW.COM – Arab Saudi akhir-akhir ini banyak mendapat kecaman internasional terkait misi tempurnya di Yaman yang makin menjadi-jadi. Untuk menggempur pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran, jet-jet tempur Arab kerap melancarkan serangan udara namun terkadang salah sasaran.
Akibatnya, banyak warga sipil terutama wanita dan anak-anak ikut jadi korban yang akhirnya memicu kecaman internasional.
Mendapat kecaman yang secara politik sangat merugikan, Arab pun mulai menciptakan senjata baru yang digambarkan tidak membahayakan manusia.
Senjata baru ini berupa bom elektronik atau senjata gelombang mikro (Electromagnetic Pulse Weapon/EMP) yang ketika digunakan memang tidak bertujuan membunuh manusia. Melainkan, untuk melumpuhkan semua perangkat elektronik khususnya sistem komunikasi.
Maka, ketika bom EMP dijatuhkan dari jet-jet tempur Arab Saudi, perangkat elektronik seperti telepon genggam, sistem jaringan komunikasi, komputer, sistem GPS, dan lainnya akan mengalami gangguan atau kelumpuhan.
Bom EMP sendiri sebenarnya bukanlah barang baru. Negara-negara lain termasuk China dan Korea Utara juga mengembangkan bom model ini.
Untuk memproduksi bom EMP, lembaga pengembangan teknologi Arab Saudi, King Abdulaziz City For Sciense And Technology memang tidak berjalan sendiri. Namun, bekerja sama dengan industri militer Ukraina, yakni Yuzhnoye State Design.
Tugas utama Ukraina adalah memasok teknologi EMP yang kemudian akan digarap dan dikembangkan oleh Arab Saudi untuk diproduksi menjadi bom pelumpuh perangkat elektronik.
Jika sudah siap operasional, bom-bom EMP produksi Arab Saudi ini dilukiskan bisa melumpuhkan sistem elektronik negara seluas Iran atau Israel. Tampaknya, Arab Saudi sengaja membuat EMP untuk mengancam kedua negara itu.
Amerika Serikat (AS) dikabarkan merasa terkejut sekaligus waspada terkait Arab Saudi yang akhir-akhir ini sangat getol membangun industri militernya secara mandiri. Arab memang berteman dengan AS, namun juga bekerja sama dengan sejumlah negara lain seperti Rusia dan China yang berseberangan dengan AS.
Paman Sam disinyalir berang ketika Arab Saudi diam-diam telah bekerja sama dengan Rusia dan China untuk mengembangkan senjata berupa rudal jarak jauh. Terlebih, Arab Saudi termasuk negara yang telah memesan sistem pertahanan udara S-400 Triumf dari Rusia.
A Winardi
editor: ron