Ketua STPI Curug Sampaikan Kuliah Umum Keselamatan Penerbangan di BP2 Penerbang Banyuwangi

Keselamatan PenerbanganDok. STPI

ANGKASAREVIEW.COM – Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug Capt. Novyanto Widadi, S.AP, MM menyampaikan kuliah umum mengenai Keselamatan Penerbangan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (BP3) Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (8/12/2018).

Kegiatan diselenggarakan oleh BP3 (BP2 Penerbang) Banyuwangi dalam rangka meningkatkan pelaksanaan Safety Management System (SMS) di sekolah penerbang milik negara yang berada di ujung timur Pulau Jawa itu.

Dalam kuliah umum yang dibuka sekaligus dipandu oleh Kepala BP3 Banyuwangi Genny Luhung Prasojo, S.S, M.M itu, Capt. Novyanto Widadi mengetengahkan tema “Basic Sarety Culture: Establishing Foundation for Harmonizing All Transport Level“.

Dikatakan Widadi, SMS merupakan suatu sistem monitoring yang berupa tim atau organisasi di dalam suatu perusahaan.

Tim tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab memonitor/mengawasi kinerja keselamatan. Mulai dari perawatan, pengoperasian (pesawat) serta memprediksi suatu bahaya yang dapat terjadi.

Tim menganalisis risiko tersebut dengan membahas perihal keselamatan penerbangan secara berkala dipimpin oleh Kepala atau Direktur Perusahaan Penerbangan sebagai pemegang komitmen safety.

“Dalam hal ini, penting bagi seluruh unsur untuk tetap selalu menjaga keselamatan dengan mengikuti prosedur yang ada,” terang Ketua STPI.

BP3 BanyuwangiDok. STPI

Dalam dunia penerbangan, lanjutnya, keselamatan merupakan unsur pertama yang selalu harus dijaga. Terkait hal itu, kegiatan refreshing seperti diklat pendek ataupun kuliah umum tentang SMS sangatlah penting bagi pilot, teknisi, instruktur, managemen, dan segala unsur penunjang kegiatan penerbangan. “Minimal perlu dilaksanakan satu tahun sekali,” tandas Widadi.

Ketua STPI juga menjabarkan hubungan antara Manajemen Keselamatan dan Budaya Keselamatan. Diterangkan bahwa budaya keselamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi bagian penting untuk SMS yang efektif.

Dipaparkan, Safety Culture terdiri dari beberapa tindakan. Informed Culture atau budaya menginformasikan. Misalnya, setelah melakukan Risk Management maka data-datanya diinformasikan.

Kemudian Flexibility, yaitu bahwa manajemen harus fleksibel. Ketiga adalah Learning dimana kita harus belajar dari unsafe act.

BP3 BanyuwangiDok. STPI

“Kecelakaan besar itu jadi ‘investasi pelajaran’. Saya tekankan di sini, bukan berarti kita mengharapkan suatu kecelakaan besar terjadi. Namun dari situ hendaknya dapat dipetik banyak pelajaran agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang,” ujarya.

Kemudian Reporting, budaya melapor yang baik. Dan yang terakhir, adalah Just Culture yang bermakna justice atau keadilan.

Apa itu? “Budaya di mana front liner atau orang tidak dihukum atas tindakan. Keputusan yang diambil sepadan dengan pengalaman dan pelatihan mereka, namun berlaku adil. Sedangkan jika ada kelalaian besar, pelanggaran disengaja dan tindakan merusak, maka hal itu tidak akan ditoleransi,” tandasnya.

Kuliah umum Keselamatan Penerbangan diikuti oleh seluruh Taruna-taruni, Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN), dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) BP3 Banyuwangi.

Roni Sontani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *