ANGKASAREVIEW.COM – Setelah sukses mengembangkan helikopter angkut medium KUH-1 Surion, KAI (Korea Aerospace Industries) selanjutnya mengembangkan helikopter kelas ringan serbaguna. Proyek bertajuk LCH/LAH (light civil helicopter/light armed helicopter) ini pertama diumumkan oleh DAPA (Defense Acquisition Program Agency) pada 22 Juni 2014 silam.
Sobat AR, KAI sendiri tidak membuatnya dari nol, tapi mencari kemitraan dengan produsen helikopter dari luar. Pada Maret 2015, Airbus Helicopters (sebelumnya Eurocopters) terpilih menjadi pemenang yang menawarkan helikopter sipil H155B1. Calon lain yang tersingkir adalah AW169 dari Leonardo (AgustaWestland) dan helikopter S-76 tawaran dari Sikorsky.
H155B1 sendiri adalah helikopter sipil yang dikembangkan berdasar heli AS365 N3 Dauphin dengan kabin yang diperluas. Mulai dikembangkan sejak 1996, namun pemasarannya tak begitu sukses. Airbus Helicopters akan menghentikan produksi H155 dan menggantinya dengan heli baru H160. Selanjutnya produksi H155B1 akan diteruskan oleh KAI dengan LCH-nya.
Meskipun proyek LCH dan LAH dijalankan secara simultan, versi sipil heli ini akan menjadi pertama yang diproduksi. Situs yang khusus mengulas kedirgantraan militer Air Recognition menyebutkan, KAI akan meluncurkan purwarupa LCH/LAH pada Desember 2018 dengan penerbangan perdana akan dilakukan pada Mei 2019.
Produksi seri versi sipil LCH rencananya akan mulai diproduksi pada 2020. Sedangkan versi LAH dua tahun setelahnya.
Pengembangan LCH memang lebih cepat karena mempertahankan struktur, sistem dasar serta mesin turboshaft Arriel 2C2. Sedangkan untuk versi bersenjata LAH akan ada penambahan komponen baru seperti avionik militer, bilah rotor, dan mesin lebih kuat Arriel 2L2 yang dibuat Saffron bersama Hanwha TechWin.
Sobat AR, dalam gelaran Indo Defence 2018 lalu (7-10 November), KAI memboyong varian LAH dalam bentuk model skala. Terlihat LAH mengusung kanon kaliber 20 mm garapan S&T Motiv di bawah dagunya serta tersedia stub wing untuk menggantung sebuah tabung berisi roket tak berkendali kaliber 70 mm. Terdapat juga empat rudal antitank Skysoad buatan Hanwha.
Sebagai heli intai/kawal bersenjata, LAH mendapatkan perangkat pendukung seperti sistem penglihatan dan laser Sagem Strixt. Kemudian perangkat peringatan ancaman misil serta dispenser penanggulangan.
Kabin depan LAH juga mendapatkan pelat zirah tambahan untuk menangani senapan mesin antipesawat kaliber 12,7 dan 14,5 mm serta tanki bahan bakar tahan terhadap benturan dalam kasus terhempas jatuh.
Secara spesifikasi LAH diawaki dua orang pilot dan kopilot merangkap sebagai gunner serta dapat membawa 6-10 pasukan bersenjata. Heli ini memiliki dimensi panjang badan 13,05 m dan 14,63 termasuk rentang rotor, lalu tinggi 4,415 m serta lebar badan termasuk stub wing 3,87 m. LAH dapat melaju hingga 320 km/jam, ketinggian terbang maksimum 4.572 m, serta jangkauan operasi dengan kisaran 985 km.
Versi LAH akan diakuisisi Angkatan Darat Korea Selatan (ROKA) untuk menggantikan 200 heli ringan bersenjata MD500 dan 70 unit Bell AH-1S Cobra.
Kelak, bersama dengan 36 unit AH-64E Apache Guardian, sebanyak 200 unit LAH akan menjadi penggebuk dari udara ROKA selanjutnya. Bila pengembangannya berjalan lancar, batch pertama LAH baru akan diterima ROKA pada 2022 mendatang.
Rangga Baswara Sawiyya