ANGKASAREVIEW.COM – Sejak Amerika dihantui oleh serangan nuklir Rusia, China, dan Korea Utara, kekuatan militer Paman Sam pun makin berjaga-jaga dalam kondisi siaga untuk mengantisipasi dilaksanakannya serangan balasan.
Agar selalu dalam kondisi siaga untuk kapan saja bisa melancarkan serangan balasan, militer AS tidak hanya mengerahkan tentara pria sebagai operator rudal nuklir, tapi juga para tentara wanita.
Tujuan mengerahkan para tentara wanita ini sekaligus mencerminkan bahwa soal pertahanan negara merupakan tanggung jawab semua warga termasuk kaum hawa.
Hingga saat ini sekira 250 tentara wanita AS telah bertugas sebagai operator rudal-rudal nuklir selama 24 jam di salah satu tempat penyimpanan nuklir di North Dakota.
Ratusan tentara wanita ini bertugas selama 24 jam dengan sistem saling bergiliran dan kapan saja siap meluncurkan rudal-rudal nuklir jika mendapatkan perintah.
Memang, sama sekali tidak diduga oleh dunia internasional bahwa militer AS ternyata memiliki prajurit wanita yang siap menciptakan ‘kiamat dunia’. Pekerjaan para tentara wanita “siaga nuklir” AS itu sebenarnya tidak berat, tapi harus penuh disiplin. Pasalnya, mereka hanya bertugas sebagai operator rudal-rudal nuklir menggunakan sistem teknologi serba digital.
Karena bertugas di tempat terpencil dan saat musim dingin melanda cuacanya bisa sangat ekstrem, para tentara wanita ini banyak mengalami tantangan.
Namun, berkat pelatihan militer dan motivasi untuk menjaga negaranya, mereka yang dikenal dengan julukan “missileers” itu tetap bertugas penuh tanggung jawab.
Sepanjang hari tugas para missileers adalah mengontrol kondisi rudal-rudal nuklir yang tersimpan di bawah tanah melalui pos-pos yang ada di atas permukaan tanah.
Pos-pos untuk mengendalikan rudal-rudal nuklir juga ada di bawah tanah dengan kedalaman lebih 20 meter. Oleh karena itu, ketika bertugas dalam jangka lama para missileers kadang mengalami stres dan kejenuhan.
Demi menghilangkan kejenuhan dan stres, fasilitas militer siaga nuklir di North Dakota pun telah menyediakan berbagai wahana. Misalnya lapangan pacuan kuda, fasilitas untuk pertemuan keluarga, minimarket, bioskop, dan lainnya. Banyak dari para missileers sudah berkeluarga dan memiliki anak.
Sehingga, tidak ada yang sama sekali mengira ketika “emak-emak” para missilers itu sedang cuti dan melakukan kegiatan biasa, mereka adalah orang-orang yang terlatih mengoperasikan rudal nuklir.
Para wanita missileers bahkan merupakan tentara terlatih yang menjadi andalan Presiden Donald Trump untuk menghadapi perang nuklir.
Mereka telah disumpah untuk kapan saja siap diperintahkan menghadapi serangan nuklir. Perang yang sebenarnya sangat mengerikan yang ternyata bisa dipicu oleh jari-jari lentik tentara wanita AS.
A Winardi