ANGKASAREVIEW.COM – Ahli Satelit Gelombang Mikro Indonesia dari Chiba University, Jepang Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D memberikan kuliah umum kepada Taruna-taruni dan Dosen Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI). Kegiatan dilaksanakan di Kampus STPI Curug, Tangerang, Banten, Kamis (11/10/2018).
Kehadirannya di STPI Curug merupakan yang kedua kali didaulat oleh Ketua STPI Capt. Novyanto Widadi, S.AP, MM setelah yang pertama dilaksanakan tahun lalu di tempat yang sama.
Ketua STPI dalam sambutannya mengatakan, kuliah umum dengan menghadirkan Profesor Josaphat merupakan salah satu langkah STPI menambah wawasan dan pengetahuan bagi para Taruna dan Dosen STPI.
“Suatu kehormatan bagi STPI Curug dikunjungi oleh Prof Josaphat yang mau meluangkan waktunya datang ke sini. Beliau ini adalah guru saya waktu saya menulis tentang penginderaan jarak jauh tahun 2014,” ujar Ketua STPI.
Sementara itu, dalam paparannya di hadapan 200-an Taruna-taruni dan Dosen STPI, Profesor Josaphat menyampaikan kuliah umum mengenai kegunaan dan keunggulan dari Circulary Polarized-Sythetic Aperture Radar(CP-SAR) atau radar polarisasi melingkar ciptaannya. Radar ini dapat digunakan untuk pemantauan wilayah daerah terkena bencana sebelum dan sesudah terjadi bencana seperti gempa maupun tsunami.
Dengan menggunakan radar polarisasi melingkar, terang Josaphat, akan didapatkan hasil gambar yang sangat tajam dengan keakuratan pergeseran tanah Bumi. Pemantauan radar ini juga tidak akan terhalang oleh adanya awan.
“CP-SAR bisa mengobservasi permukaan bumi dengan akurasi gambar yang sangat tepat dan detail berikut data pergeseran tanahnya,” terangnya.
CP-SAR digunakan untuk pemantauan secara vertikal ke permukaan Bumi dengan penempatan radar berukuran kecil ini di pesawat. Radar ini juga bisa diarahkan secara menyamping untuk mendeteksi pergeseran bangunan hingga jarak 700 km.
“Jadi kalau misalnya kita mau mengetahui pergeseran rumah kita atau gedung di Surabaya dari Jakarta, katakanlah begitu, itu bisa dan sangat akurat bahkan untuk pergesertan 1 mm sekalipun. Itu bisa,” paparnya lebih lanjut.
Melalui pengerjaan di laboratorium miliknya, Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL) di Chiba, Jepang, Josaphat dan timnya yang terdiri dari 15 orang peneliti dan 32 mahasiswa dari berbagai negara, telah menghasilkan banyak produk radar dan satelit. Sebagian besar digunakan oleh negara-negara lain.
Salah satu radar yang diciptakannya waktu menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) adalah radar untuk pemantauan kondisi di dalam tanah hingga kedalaman dua kilometer. Setelah lulus S3 dari Chiba University, Josaphat mengabdi di universitas tersebut sebagai dosen dan kemudian menjadi asisten profesor di usia 34 tahun serta menjadi profesor pada usia 42 tahun. Sebanyak 700 Paper (karya tulis) telah dihasilkannya.
Tahun 2021 satu satelit yang dilengkapi CP-SAR rencananya akan diluncurkan ke orbitnya dan disusul dengan empat unit lainnya. Sehingga, tahun 2025 ada lima satelit yang telah diluncurkan. Dengan lima satelit tersebut, ujarnya, pemantauan terhadap permukaan Bumi dapat dilaksanakan setiap satu jam sekali.
Josaphat mengatakan, meluncurkan satelit buatan sendiri merupakan cita-citanya sejak usia lima tahun sekaligus janjinya kepada kedua orang tuanya. CP-SAR salah satunya akan diintegrasikan pada Satelit A-5 yang dikembangkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
“Saya dulu berjanji kepada orang tua, suatu saat akan membuatkan radar untuk bisa dipasang pada pesawat TNI AU,” ujar anak kedua dari empat bersaudara ini. Ayahnya dulu adalah bagian dari keluarga besar TNI Angkatan Udara sebagai pelatih PGT (Pasukan Gerak Tjepat) yang kini namanya menjadi Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU.
Roni Sontani