Airdrop, Teknik Mengirim Bantuan dari Angkasa

AirdropUS DoD

ANGKASAREVIEW.COM – Bencana gempa bumi yang menerjang Kota Palu dan Donggala di Sulawesi Selatan, Jumat (28/9/2018), meninggalkan duka yang mendalam. Ratusan orang meregang nyawa akibat tertimpa bangunan dan diterjang air tsunami.

Korban yang selamat tidak lepas dari penderitaan, mereka harus mencari bantuan berupa makanan, minuman, dan tempat perlindungan. Pemerintah Indonesia mengerahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengirimkan bantuan menggunakan jembatan udara.

Pesawat C-130 Hercules menjadi andalan untuk membawa barang bantuan. Pesawat angkut militer ini merupakan pesawat berkapasitas paling besar yang dioperasikan TNI AU.

Terkait pengiriman logistik, dalam dunia militer ada beberapa teknik pengiriman via udara menggunakan pesawat. Aerial Delivery, teknik ini dapat digunakan untuk ‘mengedrop’ prajurit, amunisi, kendaraan, dan logistik seperti makanan. Teknik ini membutuhkan sebuah parasut untuk menjatuhkan barang atau personel ke sasaran.

Tipe-tipe airdrop pun bermacam-macam, seperti free fall, aerial supply, heavy drop, maupun extreme low level delivery atau LAPES (Low Altitude Parachute Extraction System). Teknik penerjunan orang maupun barang disesuaikan dengan kebutuhan misi ataupun sasaran yang harus dihadapi.

Baca: TNI AU Beri Sinyal Kuat Pengadaan 5 C-130J Super Hercules

Sebelum melaksanakan airdrop dibutuhkan beberapa persiapan. Mulai dari pengemasan barang, penimbangan berat barang bawaan dan penempatan titik gravitasi, pengikatan barang pada parasut, hingga teknik penerjunan.

Teknik airdrop sudah dikembangkan sejak tahun 1942. Saat itu teknik ini digunakan untuk melakukan penyuplaian logistik kepada pasukan garis depan yang terjebak dalam pertempuran panjang. Amerika Serikat menjadi negara pertama yang menggunakan teknik airdrop untuk operasi kemanusiaan.

Menjatuhkan barang dari udara agar tepat pada sasaran jelas bukan hal yang mudah. Kecepatan angin, kecepatan pesawat, berat barang, dan titik penerjunan sangat mempengaruhi ketepatan. Oleh karena itu telah dikembangkan teknik Computed Air Release Point (CARP) yang menjamin ketepatan titik jatuh barang.

Teknik airdrop telah menyelamatkan banyak nyawa dalam operasi kemanusiaan maupun operasi militer. Flexibilitas dan kecepatan menjadi poin penting dari operasi ini.

Militer Indonesia telah memiliki kemampuan airdrop yang sangat hebat. Salah satu satuan TNI AD yang memiliki kemampuan ini adalah Batalyon Perbekalan Angkutan (Yonbekang)/Perbekalan Udara (Perbekud).

(RND)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *