ANGKASAREVIEW.COM – Melengkapi tulisan Angkasa Review mengenai pembahasan secara global pesawat angkut ringan serbaguna buatan Polandia M28 Skytruck, kali ini redaksi AR menurunkan cerita mengenai pesawat M28 yang pernah sangat diandalkan Polisi Udara untuk mendukung beragam aktivitas resmi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Direktorat Polisi Udara (Ditpoludara) Polri mulai mendatangkan empat unit pesawat M28 buatan pabrik PZL (Polskie Zaklady Lotnicze) Mielec asal Polandia tahun 2004. Sebanyak empat pesawat diakuisisi guna menambahkan kekutan armada sayap tetap (yaptap) Polisi Udara yang sebelumnya telah memilik dua pesawat angkut NC212 buatan PTDI.
Di awal kedatangannya keempat pesawat diberi nomor registrasi P-2033 hingga P-2036, sedangkan registrasi P-2031 dan P-2032 digunakan pesawat NC212. Sobat AR, belakangan seluruh armada pesawat Ditpoludara mendapat nomor registrasi baru termasuk dua NC212 menjadi P-4101 dan P-4102. Sedangkan PZL M28 mendapatkan tanda pengenal baru P-4201 hingga P-4204.
Seperti halnya pesawat NC212, PZL M28 juga memiliki kemampuan STOL (short take off and landing) sehingga cocok dioperasikan di daerah-daerah yang lapangan terbangnya minim fasilitas. Pesawat ini cocok mendukung kegiatan satuan kepolisian yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah Tanah Air.
Pesawat bersayap model tinggi ini dilengkapi dua mesin turbropop Pratt & Whitney PT6A-65B. Dilengkapi sirip tegak ganda model huruf H dan roda pendaratan model tetap. Di dalam perutnya mampu membawa 19 penumpang plus dua pilot dengan muatan mencapai 2,3 ton. Jangkauan terbang jelajahnya mencapai 1.500 km atau durasi terbang sekitar 6 jam 12 menit.
Sobat AR, sesuai namanya Skytruck atau truk angkasa, di tangan Polisi Udara sang truk terbang langsung menjalankan beragam aktivitas. Mulai dari pergeseran personel di satuan-satuan di bawah Polri hingga membawa dukungan logistik untuk personel Polisi yang bertugas di daerah terpencil dan terluar. Kemudian pesawat ini juga digunakan untuk latihan penerjunan pasukan Brimob Polri.
Sejak baru didatangkan, PZL M28 langsung dilibatkan dalam misi kemanusian saat terjadi gempa disusul tsunami di Aceh pada Desember 2004. Misi yang sama dilakukan pula pada September 2009 untuk membawa bantuan gempa di Padang Sumatera Barat.
Sejak kehadirannya, PZL M28 memang jarang berdiam di sarangnya di Mako Ditpoludara Pondok cabe, Pamulang, Tangerang Selatan. PZL M28 terus beredar di seluruh pulau di Tanah Air. Dan seringnya terbang ke tempat sulit dan terpencil, membuat PZL M28 harus siap menghadapi resiko tinggi dalam penugasan tersebutnya.
Duka mendalam dialami keluarga besar Polri manakala dalam kurun waktu berdekatan Ditpoludara harus kehilangan dua PZL M28 miliknya. Pertama menimpa pesawat P-4202 yang jatuh di sekitar Kanggime wilayah perbatasan Kabupaten Tolikara dan Puncak Jaya, Papua pada 3 November 2009. Kemduian disusul pesawat kedua P-4204 yang jatuh di Wangga, Nabire Papua pada 27 Oktober 2010.
Di tengah keharuan kehilangan dua pesawat beserta putra-putra terbaiknya, Ditpoludara masih terus mengandalkan dua PZL M28 tersisa dengan menjalani tugas rutin seperti biasa. Hingga kemalangan kembali terjadi pada 3 Desember 2016, pesawat P-4201 jatuh di perairan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau yang mengakibatkan 13 awaknya meninggal dunia.
Dengan hilangnya tiga pesawat andalannya tersebut, Ditpoludara akhirnya mulai mengurangi kegiatan pesawat terakhirnya yang tersisa yaitu P-4203.
Seperti yang terlihat oleh awak redaksi Angkasa Review saat serah terima pesawat C295 dari PTDI di Mako Ditpoludara Jumat (7/9/2018), pesawat P-4203 terlihat istirahat dalam hangar. Warna khas biru yang membalut bagian pinggang ke ekor tak lagi tampak.
Rangga Baswara Sawiyya
grounded total atau rencana dijual