ANGKASAREVIEW.COM – Rafale datang ke Malaysia atau Singapura, itu hal biasa karena di sana ada ajang LIMA dan Singapore Airshow. Tapi Rafale datang ke Indonesia? Ini yang tidak biasa, bukan untuk tampil di ajang pameran kedirgantaraan pula.
Ya, Maret 2015 Pemerintah Perancis melalui Kedutaan Besar Perancis di Jakarta mendatangkan dua unit jet tempur unggulan buatan Dassault Aviation, yaitu Rafale B dan Rafale C. Kedua pesawat bersayap delta ini mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma sore hari untuk kemudian melaksanakan demo udara keesokan harinya. Pesawat disinggahkan di Indonesia usai mengikuti LIMA’15.

Capitaine Benoît “Tao” Planche denga pengalaman 1.500 jam terbang didaulat untuk memeragakan beragam manuver unggulan Rafale menggunakan varian kursi tunggal Rafale C. Dengan pengalaman 1.500 jam terbang menggunakan Rafale dan pernah mengemban misi tempur di Libya tahun 2011, pilot berdarah Asia (Vietnam) ini tidak mengalami kesulitan membawa Rafale menari-nari di langit Halim.
Selama 10 menit penerbang berusia 38 tahun itu (saat ini 41) melakukan atraksi udara tunggal memeragakan 11 manuver, terdiri dari Take-off – Barrell Roll, Square Dance – Half Cuban Eight, Split S, Inverted Turn, Roll – Loop, Slow Pass – Slow Loop, Roll Inverted Flight – Roll, Show of Force, Barrell Roll In – Dumble, Clover Leaf, dan Split S – To Land.

Manuver penutup demikian mengagumkan menunjukkan kepiawaian sang penerbang. Rafale menanjak pada sudut 60 derajat dengan kecepatan 350 knot lalu dilanjutkan dengan roll hingga ketinggian 800 kaki dan kemudian mengeluarkan rodanya. Sesaat setelah itu pesawat langsung menukik dengan kecepatan 120 knot dan langsung mendarat di landasan.
Duta Besar Perancis untuk Republik Indonesia saat itu Corrine Breuzé mengatakan, Rafale merupakan jet tempur unggulan Perancis yang 100 persen dibuat oleh Perancis. “Pesawat ini didesain oleh Dassaut, mesinnya dari Snecma, avionik dan elektroniknya dari Thales, dan persenjataannya dari MBDA,” ujarmya.

Di akhir sambutan, ia menegaskan bahwa Pemerintah Perancis mendukung Dassault dalam melakukan kemitraan serta transfer teknologi dengan mitra industri pertahanan luar negeri, termasuk dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). “Kami berharap, kehadiran kami di sini dapat berkontribusi pada berbagai kerja sama antara Perancis dengan Indonesia,” kata Breuzé.
Direktur Utama PTDI saat itu Budi Santoso menyatakan, PTDI terbuka bagi semua kemitraan. “Dengan siapa pun, prinsipnya kami terbuka untuk melaksanakan kerja sama,” kata Budi.

Sementara itu, Wakil Presiden Penjualan Produk Militer Dassault JPHP Chabriol menandaskan, Dassault siap memberikan transfer teknologi apabila Indonesia membeli Rafale. “Dassault siap memberikan apa yang diminta Indonesia bila Indonesia membeli pesawat ini,” terangnya.
Roni Sontani
ketakutan sekutu indonesia akan bergantung kerusia…
saya kira ini cuma trik sekutu saja
Dulu sudah pernah ditawarkan.. tetapi terkendala biaya operasional dan perawatan yang mahal..
Miara barang ini berasa miara peugeot / renault…
Malah ada yg bilang….seberat nafkahi sophie marceu