ANGKASAREVIEW.COM – Layaknya mobil baru yang dipesan oleh pembelinya, pesawat pun pastinya ingin diterima oleh pemesan dalam hitungan pemakaian ‘kilometer’ rendah. Bedanya, pesawat harus diuji terbang terlebih dahulu karena wahana ini memang beroperasi di udara. Sehingga, mau tidak mau bakal ada penggunaan jam terbang oleh pihak pabrikan.
Demikian halnya dengan pesawat angkut CN295 pesanan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang akan dioperasikan oleh Direktorat Polisi Udara (Ditpolud) Polri. Setelah semua pengerjaan perakitan dan istalasi sistem selesai, pesawat menjalani pengujian sistem di darat dan penerbangan uji.
Manajer Program CN295 PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Ibnugroho Onto Wicaksono kepada tim Angkasa Review menjelaskan, untuk uji terbang CN295 dilaksanakan berkisar 10-15 jam terbang. Setelah itu pesawat sudah bisa diserahkan. Ini karena pesawat CN295 bukan pesawat yang pertama kali diuji penerbangannya.
Selain itu, tentu saja karena setiap komponen pesawat memiliki lifetime berdasarkan jam penggunaan. Sehingga, hal tersebut diminimalkan.
“Di Airbus pun rata-rata 15 jam uji terbang. Kami maksimalkan 15 jam sudah selesai semua proses pengujian terbang ini sehingga pesawat sudah bisa diserahkan kepada pemesan,” ujar Ibnu di Hanggar Fixed Wing PTDI saat ditemui Angkasa Review minggu ini.
Kecuali, lanjutnya, penggunaan jam terbang akan lebih banyak untuk pengujian terbang CN295 Special Mission. “Itu bisa sampai 75 jam terbang, karena bentuk eksternal dari pesawatnya sendiri sudah beda dengan adanya penambahan radar dome (radome). Dan juga dibutuhkan pengujian sistem-sistem khusus sesuai fungsinya di udara,” terang Ibnu.
Sobat AR, sebagai tambahan informasi di hanggar Delivery Center PTDI terdapat satu unit CN295 misi khusus (untuk fungsi patroli maritim – MPA) pesanan TNI Angkatan Udara dengan nomor registrasi AX-2911. Sementara untuk Polisi Udara ini registrasinya AX-2910.
Uji terbang CN295 Polisi Udara dipimpin oleh Kepala Pilot Uji PTDI Capt. Esther Gayatri Saleh dibantu dengan pilot uji dari Skadron Udara 2 TNI AU. Sementara pilot CN295 Ditpolud akan menggunakan pesawat ini setelah pesawat ini diserahkan kepada Polri.
Ditpolud Polri telah mengirimkan sejumlah pilotnya untuk menjalani pendidikan sebagai pilot CN295 di Spanyol. “Para pilot ini dikirim ke Spanyol karena di sana terdapat simulator untuk CN295,” lanjut Ibnugroho.
Sementara untuk para teknisi CN295 Polisi Udara, mereka menjalani pendidikan perawatan pesawat di PTDI dengan para instruktur dari Airbus Defence and Space didatangkan ke PTDI.
Untuk jumlah kru pesawat CN295, kata Ibnu, idealnya satu set kru adalah enam orang. Terdiri dari pilot, kopilot, observer, dua mekanik, dan satu load master. Observer duduk di kursi lipat yang berada di antara kursi pilot dan kopilot.
Jumlah enam orang kru ini juga berlaku bagi CN295 Polud saat menggunakan modul medivac. Pesawat CN295 dapat memuat 24 stretcher (tandu), namun Polisi Udara memesan konfigurasi 10 tandu kombinasi dengan kursi.
“Idealnya enam orang kru untuk CN295 ini. Kalau untuk patroli maritim minimal sembilan orang. Tiga orang adalah tambahan sebagai operator sistem,” imbuh Ibnu.
Roni Sontani