ANGKASAREVIEW.COM – Jadi pertanyaan umum mengapa proyek kerja sama jet tempur generasi 4,5 KF-X/IF-X antara Korea Selatan dan Indonesia dalam perkembangannya kemudian yang lebih tersorot adalah KF-X tanpa menyertakan IF-X.
Sama ketika baru-baru ini, muncul berita bahwa Korea Selatan untuk pertama kali telah memperlihatkan kepada publik desain gambar KF-X yang diintegrasikan dengan rudal-rudal andalan buatan Eropa.
Soal IF-X mungkin lebih tepat dibahas pada kesempatan lain di mana butuh penjelasan tersendiri dari pihak-pihak terkait.
Sobat Angkasa Review, kembali ke KF-X, 30 bulan sejak peluncuran program indigenous fighter (penempur dalam negeri) pada Januari 2016, Badan Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan (DAPA) pada 29 Juni 2018 memperlihatkan desain awal KF-X. Pengumuman disampaikan setelah DAPA melaksanakan tinjauan desain awal (Preliminary Design Review – PDR) pada 26-28 Juni.
PDR dilaksanakan sebelum DAPA melanjutkan proyek KF-X ke dalam tahap berikutnya, yaitu tinjauan desain kritis (Critical Design Review – CDR).
“Pada tahap PDR kami memastikan bahwa seluruh sistem yang dibutuhkan sesuai dengan desain awal sebelum masuk ke tahap CDR,” ujar Jung Kwang-sun, Kepala Grup Program KF-X DAPA sebagaimana dikutip Defense News.
“Kami berencana menyelesaikan desain detail pekerjaan pada September 2019 dan memulai produksi prototipe pesawat,” lanjut Kwang-sun.
Pada desain yang diperlihatkan DAPA dengan kode nama C-109 ini, rancangan model telah melewati uji-uji ulang di terowongan angin dan analisis komputasional dinamika fluida.
Patut dicatat, melalui foto yang diperlihatkan oleh DAPA terlihat bahwa KF-X dipersenjatai rudal-rudal andalan buatan Eropa. Empat rudal udara ke udara jarak jauh MBDA Meteor menggantung di bawah badan pesawat. Sementara dua rudal udara ke udara jarak dekat IRIS-T buatan Diehl BGT Defence terpasang di masing-masing peluncur rudal yang ada di ujung sayap.
“Ini untuk pertama kalinya, gambar resmi yang dirilis memperlihatkan KF-X dipersenjatai dengan rudal-rudal Eropa. Artinya, para insinyur KF-X telah memodifikasi KF-X agar bisa membawa rudal-rudal Eropa tersebut,” kata Kim Dae-young, peneliti di Institut Penelitian untuk Strategi Nasional, Seoul.
Salah seorang pejabat di DAPA menerangkan, pada awalnya Korea Selatan sangat berharap KF-X dapat dipersenjatai dengan rudal-rudal udara buatan Amerika Serikat (AS) seperti AIM-120 AMRAAM dan AIM-9 Sidewinder. Namun hingga saat ini, ujarnya, Pemerintah Amerika Serikat belum menyetujui lisensi ekspornya.
Namun begitu Sobat Angkasa Review, sumber DAPA tadi menyatakan bahwa pihaknya tetap masih membuka kemungkinan dan berharap rudal-rudal buatan AS dapat diberi izin untuk diintergrasikan dengan KF-X.
Ditinjau dari sisi harga, lanjutnya, rudal-rudal Meteor maupun IRIS-T berharga lebih mahal dibanding rudal-rudal buatan AS. “Namun tidak saja soal harga, senjata-senjata AS itu lebih mudah untuk diintegrasikan pada pesawat tempur,” paparnya.
DAPA bertindak sebagai pemimpin Proyek KF-X. Badan ini bekerja sama dengan Korea Aerospace Industries untuk produksi pesawat nantinya. Indonesia terlibat dalam proyek pengembangan KF-X/IF-X dengan penyertaan 20% biaya pengembangan (development cost).
Korea Selatan sedikitnya akan mengakuisisi 120 KF-X guna menggantikan peran armada F-4 dan F-5 yang telah menua. Dijadwalkan, penerbangan perdana KF-X akan dilaksanakan tahun 2022. Kemudian dilanjutkan dengan proses uji dan evaluasi hingga tahun 2026.
Sementara itu, terkait masalah radar AESA (active electronically scanned array) yang menjadi salah satu kunci keunggulan KF-X, DAPA telah mengumumkan pada 31 Mei lalu bahwa desain awal untuk prototipe radar KF-X ini telah selesai dibuat oleh Hanwha Systems. Selanjutnya desain tersebut akan dibawa ke tahap CDR.
Hanwha Systems bekerja sama denganĀ Elta Systems dari Israel untuk pengembangan radar AESA untuk KF-X. Elta pula yang nantinya akan menguji radar berpemindai aktif tersebut.
(RON)