ANGKASAREVIEW.COM – Untuk program pembibitan yang akan dijalankan tahun ini, STPI Curug akan buka tujuh kelas untuk Program Studi (Prodi) Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) atau yang lebih dikenal dengan PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Pesawat dan Pemadam Kebakaran) di Indonesia.
Setiap kelas akan berisi peserta didik reguler sebanyak 24 orang. Sontak PKP-PK pun menjadi prodi dengan jumlah kelas terbanyak tahun ini.
Jumlah kelas PKP-PK yang dibuka memang cukup banyak. Hal ini mungkin selaras dengan masifnya pertumbuhan bandar udara yang direncanakan akan rampung seluruhnya pada 2019 mendatang. Tentu bandar udara (bandara) baru tersebut memerlukan petugas-petugas yang berkompetensi. Ditambah lagi dengan bandara-bandara yang ada, namun belum memiliki personel yang memadai.
“Makanya, kita berusaha meyakinkan bahwa bandara ini dibuat masif dan sebagainya perlu orang-orang yang berkompetensi. Karena apa, ya disamping peralatan, tapi orang itu harus ada,” ujar Ketua STPI Curug Capt. Novyanto Widadi, S.AP, MM beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Mengenal Fasilitas Laboratorium di Jurusan Keselamatan Penerbangan STPI Curug
Ardmore Flying School, Tempat Instruktur Penerbang STPI Berlatih Seaplane
Seperti yang perhan diungkapkan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan Ir. Umiyatun Hayati Triastuti, M.Sc, penyiapan bandara itu harus seimbang dengan SDMnya.
“Nah ini terbukti (kejadian Lion Air di Gorontalo). Hasil dari survei Sekjen Kementerian Perhubungan, kekurangan SDM paling banyak PKP-PK ternyata,” imbuh Novyanto.
Pada kesempatan yang berbeda, Ketua Jurusan (Kajur) Keselamatan Penerbangan (Kespen) Wahyu Kurniawan, SE, MM, mengungkapkan bahwa memang demand (kebutuhan) PKP-PK dilapangan sangat tinggi saat ini.
Namun yang selama ini dididik adalah pegawai Angkasa Pura (diklat pendek) dan jadi belum banyak menyentuh ke masyarakat (reguler).
Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso pun melihat kebutuhan tenaga terampil PKP-PK sangat mendesak, karena di lapangan memang terjadi kekurangan SDM. Program pembibitan dengan jenjang pendidikan hingga Diploma Tiga (D3) ini menjadi terobosan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menyiapkan sumber daya di bidang fire fighting.
“Kejadian di Gorontalo, yang mengurus mulai dari perpindahan pesawat dan sebagainya ya PKP-PK. Seharusnya kan PKP-PK di sana punya kemampuan, nah itulah kurangnya peralatan dan SDM di bidang PKP-PK,” kata Wahyu.
Dengan tujuh kelas baru PKP-PK yang dibuka tahun ini, diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan SDM yang berkompetensi di seluruh bandara yang ada di Indonesia.
Namun sejujurnya, ia menyatakan bahwa 168 (asumsi: 24 Taruna x 7 kelas) calon Taruna PKP-PK masih kurang, tapi paling tidak jumlah tersebut bisa mencukupi bandara milik Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU).
(ERY)
Kapan pembukaan pelatihan pkp pk buka bang