ANGKASAREVIEW.COM – Safran Aircraft Engines (SAE) dan UEC-Saturn sepakat akan menyuplai mesin turbofan Powerjet SaM146 untuk digunakan pada pesawat amfibi multiguna buatan Rusia, Beriev Be-200 Altair. Integrasi mesin baru dengan Be-200ES dijadwalkan mulai dilaksanakan tahun 2020.
Powerjet SaM146 tidak lain adalah mesin yang digunakan pada pesawat komersial Sukhoi Superjet (SSJ) 100. Mesin ini dibuat bersama oleh Safran AE (sebelumnya bernama Snecma) dari Perancis dengan mitranya UEC-Saturn dari Rusia.
Direktur Umum UEC Alexander Artyukhov, sebagaimana dikutip FlightGlobal, memastikan mesin tersebut akan menggantikan mesin Ivchenko-Progress D-436 yang saat ini masih digunakan oleh Be-200.
Pernyataan senada disampaikan CEO SAE Olivier Andriès seraya menyambut baik proyek yang akan makin meningkatkan kolaborasi kedua perusahaan di bidang industri penerbangan.
Beriev Be-200 Altair dirancang oleh Beriev Aircraft Company dan diproduksi oleh pabrik Irkut. Pesawat dengan spesialisasi kemampuan pemadaman api, pencarian dan pertolongan (SAR), patroli maritim, serta angkutan kargo maupun angkutan penumpang ini memiliki kapasitas angkut air sebanyak 12.000 liter (12 ton). Sementara untuk fungsi angkut penumpang, Be-200 mampu membawa 72 orang.
Pesawat prototipe pertama mengudara dari landasan aspal pada 24 September 1998. Sementara penerbangan perdana dari landasan air dilaksanakan setahun kemudian pada 10 September 1999.
Prototipe kedua Be-200 terbang pada 27 Agustus 2002. Pesawat dengan kode Be-200ES (Emergency Situation) ini dilengkapi spesifikasi tambahan sesuai permintaan EMERCOM (Kementerian Situasi Darurat Rusia) yang menjadi pengguna pertamanya.
Sebagai pesawat amfibi, Be-200 dilengkapi mesin yang penempatannya lebih tinggi dari posisi sayap agar terhindar dari rendaman air manakala mendarat atau lepas landas di air. Desain sayap ekor menggunakan model T-tail monoplane. Sementara material badan pesawat menggunakan campuran alumunium yang tahan korosi. Bahan lain yang juga digunakan pada struktur pesawat adalah titanium, komposit, dan material-material antikorosi lainnya.
Pada bagian bawah sayap utama, Be-200 dilengkapi pelampung penyetabil di kiri dan kanan. Ini berguna untuk menahan pesawat agar tetap pada posisi horizontal saat berada di air. Kemudian di bagian ekor, dilengkapi sirip vertikal yang berfungsi sebagai rudder di air.
Be-200 dapat lepas landas dari landasan aspal sepanjang 1.800 meter atau di area perairan dengan panjang 2.300 meter, kedalaman 2,5 meter, dan tinggi gelombang maksimum 1,3 meter.
Pesawat ini memiliki panjang 32 meter, bentang sayap 32,8 meter, tinggi 8,9 meter, dan bobot lepas landas maksimum (MTOW) 39.700 kg di air dan 41.000 kg di darat.
Dengan menggunakan dua mesin D-346TP, Be-200 dapat melaju pada kecepatan jelajah 560 km/jam serta kecepatan maksimum 700 km/jam. Jarak terbang jelajah mencapai 2.100 km.
Mengenai penggunaan mesin baru, Kepala Desainer SaM146 di UEC-Saturn Gerogy Konyukhov kepada media mengatakan, mesin ini (SaM146-1S18 – digunakan pada SSJ100LR) memiliki kekuatan dorong lepas landas (take-0ff thrust) 7.332 kgf atau 5% lebih besar dibanding mesin lama yang digunakan Be-200ES.
Pengamat mensinyalir, alasan utama dari penggunaan mesin baru untuk Be-200ES dikarenakan mesin D-436 diproduksi oleh Ukrainian Motor Sich. Sementara Ukraina sendiri hingga saat ini pada posisi hubungan yang kurang harmonis dengan Rusia menyusul terjadinya Revolusi Ukraina tahun 2014 dan penguasaan Semenanjung Krimea oleh Rusia.
Oktober 2006, dua unit Be-200ES (registrasi RF-32765 dan RF-32768) milik EMERCOM datang ke Indonesia guna melaksanakan penanganan kebakaran hutan selama 45 hari.
Satu Be-200ES datang lagi ke Indonesia pada 2015 disertai Il76 dalam rangka membantu evakuasi musibah AirAsia QZ8501 di Selat Karimata berikut pencarian kotak hitam pesawat yang jatuh ke laut itu.
Selain digunakan oleh Rusia, satu unit Be-200 digunakan oleh Azerbaijan. Sementara China memesan dua unit pesawat ini plus dua unit opsi tambahan.
Pemerintah Indonesia pernah mencanangkan akan turut mengakuisisi pesawat ini. Namun hingga kini belum ada kabar kelanjutan dari rencana tersebut.
RONI SONTANI