Kolaboarsi cantik antarperusahaan kelautan Perancis dalam merancang dan membangun kapal patroli multiguna tangguh berbiaya operasi rendah. Ocean Eagle 43 juga bisa menjadi salah satu alternatif pilihan kapal pemburu ranjau yang sedang di incar TNI AL sebagai penggganti kapal Tripartite-class.
RANGGA BASWARA SAWIYYA | ANGKASAREVIEW.COM
Tampilannya mengingatkan pada sosok KCR Trimaran buatan PT Lundin. Namun, kapal buatan galangan CMN (Construction Mecanique de Normandie) berbasis di Cherbourg distrik Manche, Perancis ini berdimensi sedikit lebih kecil.
Desain lunas depan menyerupai bilah kapak yang berfungsi membelah ombak dan dilengkapi sepasang cadik bersayap untuk menjaga keseimbangannya dari goyangan ombak besar.
Kapal kompak multifungsi yang menyandang nama Ocean Eeagle 43 (angka 43 adalah panjang kapal dalam ukuran meter) ini dirancang sebagai platform multifungsi baik untuk keperluan militer maupun sipil serta berbiaya operasi rendah. Sebuah kapal revolusioner dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengawasan dan keamanan kelautan dengan menerapkan desain modular.
Sistem tersebut memungkinkan kapal untuk dikonfigurasi sesuai kebutuhan pengguna. Mulai dari kapal patroli maritim, pengawasan zona ekonomi, memancing eksklusif, pemantauan lingkungan laut, memerangi perdagangan gelap & penyelundupan, imigrasi ilegal, pembajakan di laut, pencarian & penyelamatan (SAR) serta sebagai kapal dukungan operasi khusus maupun menjadi kapal pemburu ranjau.
Pemesan pertama Ocean Eeagle 43 adalah Mozambik yang kontraknya ditandatangani bulan September 2013. Unit pertama dari tiga yang dibeli mulai dikirimkan ke negeri di ujung bawah Benua Afrika tersebut pada Januari 2015. Pada tahun yang sama, Pemerintah Mozambik juga memesan tiga kapal cepat pencegat (interceptor) HS132 dari CMN yang mulai diserahkan Desember 2015 silam.
Angkatan Laut Mozambik akan menggunakan Ocean Eeagle 43 sebagai kapal patroli maritim untuk melakukan beberapa misi di Samudera Hindia termasuk operasi anti-pembajakan dan pengamanan jalur nelayan, minyak dan gas serta sumber daya maritim lainnya.
Sistem propulsi Ocean Eeagle 43 mengandalkan empat mesin diesel berdaya 500 hp yang mengegerakkan sepasang baling-baling dan dilengkapi tiga genset. Kecepatan maksimumnya hingga 30 knot (55 km/jam). Pada kecepatan jelajah 18 knot (33 km/jam) jangkauan mencapai 3.000 nm (mil laut) dan 5.000 nm pada kecepatan 12 knot (22 km/jam).
SPESIFIKASI CMN Ocean Eagle 43:
Awak : 13 orang. Panjang : 43.6 m. Beam : 15,7 m. Draft maks. : 1,6 m. Berat : 75 ton. Mesin : 4x motor diesel berdaya 500 hp. Kecepatan maks. : 30 knot. BBM : 21 m³. Air tawar : 2 m³. Jangkauan maks. : 5.000 nm. Persenjataan : 1x kanon 20 mm dan 2x SMB 12,7 mm
Struktur material kapal ini yang ringan turut menyumbang peningkatan ekonomis penggunaan bahan bakar secara efisien dan daya operasi yang lebih lama dibanding kapal sekelasnya. Dapat digambarkan, hanya dengan 1 ton BBM dengan kecepatan jelajah 115 knot, Ocean Eeagle 43 bisa melakukan perjalanan sejauh 238 nm. Selama operasi kapal akan membawa 21 m³ bahan bakar dan 2 m³ air tawar.
Ocean Eeagle 43 yang memiliki panjang keseluruhan 43,6 meter dengan beam 15,7 meter, draft maksimum 1,6 meter dan berat 75 ton ini cukup diawaki oleh 8-13 personel saja.
Tersedia landasan kecil untuk mengoperasikan drone helikopter kelas 300 kg seperti SCHIEBEL S100 Camcopter. Pada bagian burita bisa mengusung sebuah RHIB (rigid-hulled inflatable boat) sepanjang 7 meter lengkap dengan jalur peluncurannya.
Sistem misi yang menjadi fitur unggulan kapal ini meliputi sistem observasi elektro-optik, sensor radar, RDF (radio direction finder), sistem kontrol & komando, transmisi radio udara-laut dari data satelit dan sistem navigasi yang terintegrasi.
Untuk pertahanan diri, Ocean Eeagle 43 mengandalkan turet berkanon 20 mm yang dikendalikan remote dan ditempatkan di atas atap serta ditambah sepasang senapan mesin berat kaliber 12,7 mm di bawah dek pendaratan drone. Sistem persenjataan ini memberi perlindungan penuh 360 derajat.
Konsep kapal balap
Kisah lahirnya Elang Samudra dimulai tahun 2012 ketika ProLarge, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam desain dan operasi proyek berbasis laut dan SeaTeam Aviation, mengusulkan usaha patungan bersama CMN.
Tujuan dari kolaborasi perusahaan asal Perancis ini untuk merancang dan membangun sebuah wahana multiguna yang cocok untuk misi patroli laut berbiaya operasi rendah sehingga dapat diakses negara-negara berkantong tipis.
Untuk mewujudkan konsep kapal revolusioner ini mereka mempercayakannya pada arsitek kapal kenamaan asal Perancis, Nigel Irens, yang berpengalaman mendesain kapal balap jawara ILAN Voyager dan Brigitte Bardot.
Solusi yang diterjemahkan oleh Nigel Irens adalah mengadopsi bentuk kano Polynesian yang ramping distabilkan oleh dua cadik pengapung lateral dan menerapkan inovasi teknologi yang biasa digunakan untuk ocean racing dalam meracik wujudnya.
Desain ini terbukti ampuh saat uji laut yang dilakukan oleh CMN di lepas pantai Cherbourg dan Raz Blanchard sebelum kapal diserahkan ke pemerintah Mozambik. Kapal pertama Ocean Eeagle 43 ini berhasil melaju menerjang ombak hingga sea state level 5.
Kekokohan superstruktur lambung Ocean Eeagle 43 atas konrtibusi penggunaan bahan komposit ringan seperti epoksi, serat kaca, dan karbon berlapis. Material ini juga turut menyumbang penurunan bobot kapal sehingga bisa menekan penggunaan konsumsi bahan bakar secara signifikan.
Pemburu ranjau
Berkat desain modularitasnya, Ocean Eeagle 43 dapat diubah menjadi kapal pemburu ranjau yang bisa menampung semua infrastruktur dan peralatan yang diperlukan untuk operasi perang anti ranjau.
Varian Ocean Eeagle 43 MH (Mine Hunter) diawaki 7 orang plus 8 pasukan khusus dan bisa membawa Unmanned Underwater Vehicle (UUV) sebagai wahana untuk identifikasi, inspeksi, dan penghancuran ranjau.
Seperti halnya versi patroli maritim, varian pemburu ranjau juga mengakomodasi sebuah RHIB ditambah enam unit UUV dan persenjataan beladiri sebuah kanon 20 mm dan sepasang SMB kaliber 12.7 mm.
CMN mulai memperkenalkan dan menawarkan varian Ocean Eeagle 43 MH salah satunya dalam pameran IMDEX yang berlangsung di Singapura pada Mei 2015 silam. CMN mengincar pembeli potensial dari Angkatan Laut India dan Indonesia karena kedua negara masih mengandalkan kapal penyapu ranjau gaek.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Peluang ini tentunya terbuka lebar, karena seperti diketahui tahun lalu Kepala Staf TNI AL menyatakan sedang mencari pengganti dua kapal baru untuk menggantikan kapal penyapu ranjau Tripartite-class yang sudah dimiliki sejak 1988. Pengadaan kapal jenis ini masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019. ***