Tak bisa dipungkiri, dalam era Perang Dingin hampir semua negara Eropa Timur bergantung pada berbagai alutsista buatan Uni Soviet, terutama untuk jenis pesawat tempur (fighter). Jika ada produk unggulan selain buatan Negara Beruang Merah, jenisnya bukanlah yang utama. Contohnya adalah jet latih L-39 buatan Ceko.
RANGGA BASWARA SAWIYYA | ANGKASAREVIEW.COM
Sedikit untuk terlepas dari cengkraman kuku Sang Beruang, dua negara Eropa Timur yakni Yugoslavia dan Rumania mencoba membuat pesawat serang (attack) secara bersama. Penandatanganan kemitraan antara kedua negara dilakukan pada 20 Mei 1971 dengan membentuk wadah R&D bernama YuRom (Yugoslavia-Romania). Sebagai manajer program ditunjuk Kolonel Vidoje Knezevic dari Yugoslavia dan Dipl. Dr. Eng. Teodor Zamfirescu dari Rumania.
Disyaratkan, jet yang akan dibangun nantinya memiliki peran utama sebagai pesawat serang darat dan ditambah dengan kemampuan sekunder sebagai pencegat (interceptor) ketinggian rendah. Jet ini juga akan dibangun dengan struktur sesederhana mungkin, menggunakan peralatan produksi lokal, namun avioniknya harus kompatibel dengan komponen Barat.
Persyaratan lainnya, harus bandel (dapat beroperasi dari landas pacu rumput atau tanah keras) serta mudah dalam perawatan dan dapat diandalkan. Nantinya jet ini akan menggantikan posisi Soko J-21 Jastreb dan Republic F-84 Thunderjet milik AU Yugoslavia serta MiG-15 dan MiG-17 kepunyaan AU Rumania.
Pembuatan purwarupa dilakukan di masing-masing negara. Pabrik pesawat Soko mewakili Yugoslavia dan I.R. Avioane Craiova (IAR) mewakili Rumania. Perancangannya juga melibatkan lembaga riset Military Technical Institute (VTI) Yugoslavia dan INCAS dari Rumania.
Desain final menunjukkan pesawat mengadopsi sayap utama model tinggi menyapu kebelakang dan sepasang sirip horizontal model rendah plus sirip tegak tunggal. Sebagai dapur pacu dipilih sepasang mesin buatan barat yakni Rolls-Royce Viper.
Pada mulanya diharapkan Inggris mau menyuplai mesin yang memiliki afterburner, namun ternyata tak memberikan disebabkan Rumania adalah negara anggota Pakta Warsawa yang menjadi seteru kekuatan Barat (NATO).
Tahap awal pembangunan berjalan lancar. Purwarupa garapan Soko mendapat nama resmi J-22 Orao (Rajawali) sedang racikan Avioane Craiova bernama IAR-93 Vultur (Burung Nazar). Jet garapan Rumania berkursi tunggal (dijuluki White 001) yang terbang lebih dulu pada 31 Oktober 1974. Pesawat diterbangkan oleh Kolonel Gheorghe Stanica selama 21 menit.
Tanggal 18 Juli 1975 pesawat ini diperlihatkan kepada Presiden Nicolae Ceausescu di Lapangan Udara Bacau. Selanjutnya pada tanggal 23 Agustus 1979, tiga unit IAR-93 (nomor 001, 002, dan 005) untuk pertama kali diperlihatkan ke hadapan publik dan terbang dalam parade militer perayaan Hari Nasional Rumania waktu itu.
IAR juga membuat versi latih tempur bertempat duduk tandem (003) yang menjalani terbang perdana pada 23 Januari 1977. Namun, 10 bulan berikutnya pesawat mengalami musibah pada 24 November 1977 akibat masalah di sirip ekor yang bergetar keras. Elevator kiri terputus dalam penerbangan di ketinggian 500 meter di atas permukaan tanah dan melaju pada kecepatan 1.045 km/jam itu.
Kursi lontar Martin-Baker Mk RU10J (zero-zero ejection) berfungsi dengan baik, sehingga nyawa kedua pilot uji yakni Kolonel Gheorghe D. Stanica dan Kolonel Petru Ailiesei terselamatkan. Setelah kejadian ini untuk versi pesawat produksi struktur bagian belakangnya diperkuat.
Purwarupa garapan Rumania benar-benar dirundung masalah. Musibah kedua kembali terjadi pada prototipe 004. Pesawat jatuh di Pangkalan Udara Craiova pada 20 Februari 1979 saat melakukan demonstrasi aerobatik. Pilot, Kapten Dobre Stan, tewas karena tak berhasil melontarkan diri.
Musibah ketiga kembali terjadi. Kali ini menimpa purwarupa 001 yang sebulan sebelumnya sempat unjuk gigi pertama di hadapan publik. Kejadian berlangsung pada 20 September 1979 di mana kedua mesin jet gagal bekerja. Beruntung, pilot Kolonel Ilie P. Botea berhasil keluar menggunakan kursi lontar. Atas kejadian tersebut selanjutnya dilakukan modifikasi pada combustion chamber untuk pesawat versi produksinya.
Purwarupa garapan Yugoslavia bernomor 25002 baru melakukan penerbangan pertamanya pada November 1974 dari Pangkalan Udara Batajnica dekat Belgrade dengan Mayor Vladislav Slavujevic bertindak sebagai pilot uji. Versi latih tempur bertempat duduk ganda (25003) menyusul melakukan penerbangan perdana pada 4 Juli 1977.
Namun, tak lebih setahun berikutnya purwarupa ini pun mengalami musibah. Serupa dengan purwarupa 003 Rumania, yakni terjadi getaran yang kuat terhadap sirip ekor sehingga versi selanjutnya harus menjalani perbaikan konstruksi yang penelitiannya dibantu oleh Air Force Aircraft Testing Facility di Belgrade.
Masuk layanan
AU Rumania mulai mendapatkan jet pertamanya pada 1979, yakni pesawat pra produksi IAR-93A yang dibuat sebanyak 15 unit dengan tempat duduk tunggal. Selanjutnya tahun 1981 bertambah lagi 26 unit plus sembilan unit versi tandem. Tahun 1982 lahir varian perbaikan fuselage yakni IAR-93MB (Motor de Baza yang bermakna basic engine) sebanyak 15 unit dengan mesin serupa versi A yakni Viper Mk 632-41.
Sedangkan varian terakhir (IAR-93B) menggunakan mesin sedikit lebih bertenaga yakni Viper Mk 633-47 dan perbaikan lain seperti penambahan ruang bahan bakar internal dan penguatan cantelan senjata. Versi ini mulai berdinas tahun 1987 dengan 27 versi tempat duduk tunggal dan tujuh versi tandem. Total pabrik IAR melansir sebanyak 99 unit Vultur.
Pecahnya perang saudara di Yugoslavia tahun 1991 yang diikuti dengan embargo PBB, berimbas terhadap kelanjutan program Vultur di Rumania. Tahun 1992 kegiatan pabrik mulai terhenti, terlihat beberapa pesawat dalam berbagai tahap konstruksi terbengkalai. Dua diantaranya adalah pesawat riset, yakni IAR-93B nomor 200 untuk uji coba mesin dengan afterburner dan nomor 600 (model tandem) satu-satunya yang dilengkapi dengan sayap canard.
Masa itu, sekira 75 Vultur masih aktif dalam layanan AU Rumania yang ditempatkan dalam Resimen Pembom Tempur 67 di Craiova dan Resimen Pembom Tempur 49 di Ianca. Seluruh Vultur akhirnya masuk masa purna bakti pada April 1998 setelah masa dua dasawarsa lamanya.
Di Yugoslavia, unit AU yang mengoperasikan J-22 Orao adalah Skadron Pengintaian 31 dari Brigade Penerbangan 82 di Cerklje mulai 1978. Hingga tahun 1991 sebelum terjadinya Perang Saudara, AU Yugoslavia memiliki tiga skadron, yakni skadron pembom tempur 238 dari Brigade Penerbangan 82, Skadron 241 dari Brigade Penerbangan 98, dan Skadron 242 dari Resimen Pembom Tempur 127 di Pangkalan Udara Golubovci.
Pada Februari 1992 AU Yugoslavia menerima Orao terakhir. Tak lama setelah itu pabrik Soko yang berada di Mostar wilayah Bosnia-Herzegovina hancur karena perang. Dari pabriknya, Soko Aviation telah menggelindingkan sebanyak 215 Orao dengan rincian 15 pesawat pra-produksi yang dikenal sebagai IJ-22, lalu 115 unit versi tempat duduk tunggal J-22A, 50 unit J-22B, dan 35 unit versi tandem NJ-22.
Versi produksi J-22A Orao 1 menjalani terbang perdana pada 20 Oktober 1983 dan masih menggunakan sepasang mesin non-afterburner Rolls-Royce Viper Mk 632-41 yang menghasilkan kekuatan dorong 17,79 kN untuk satu mesinnya. Mengenai mesin buatan Inggris ini, jauh hari sebelumnya Soko sendiri sudah mendapat kepercayaan untuk membuat lisensi mesin serupa yakni Viper Mk 531 untuk pesawat serang ringan Soko J-21 Jastreb.
Selanjutnya lahir varian J-22B Orao 2 (dikenal sebagai J-22M) dengan mesin ber-afterburner Viper Mk 633-47 berkekuatan 22.24 kN per mesin. Avionik ditingkatkan termasuk radar baru serta HUD Thomson-CSF VE-120T menggantikan Ferranti ISIS D-282 gyro sight.
Purwarupa Orao 2 (nomor 25101) terbang perdana di atas Pangkalan Udara Batajnica tanggal 22 November 1984 dengan pilot uji Marjan Jelen. Soko juga membangun versi tandem NJ-22 yang digunakan untuk latih tempur juga sebagai pesawat intai dan perang elektronik. Pesawat dilengkapi tabung (pod) berisi perangkat optical/IR reconnaissance atau optical reconnaissance/jammer di bagian bawah perutnya. Orao 2 menjalani terbang perdana pada Juli 1986.
Ironis
Baik Vultur maupun Orao memiliki lima gantungan senjata, dua di bawah tiap sayap dan satu di tengah perut serta dua pasang kanon internal GSh-23L berlaras ganda kaliber 23 mm dengan 200 putaran. Kedua negara memilih dan menentukan persenjataan masin-masing senjata baik yang dibuat lokal maupun impor.
Vultur bisa dilengkapi bom BM 500, BEM 250, BE 100, lalu roket LPR 122, LPR 57, PRN 80, dan rudal perontok pesawat AA-2 Atoll atau R-3S AAM (versi lisensi dari A-91). Sedangkan senjata andalan Orao adalah berbagai bom MK series, bom cluster BL755, dan bom Matra Durandal antilandas pacu. Sedangkan pilihan rudal permukaan meliputi AGM-65 Maverick, Grom-1 (dikembangkan berdasar Kh-23 Uni Soviet), dan AS-7 Kerry serta rudal antipesawat menggandalkan AA-8 Aphid.
Bila ditilik dari spesifikasinya, Vultur dan Orao di eranya bersaing dengan pesawat serang darat SEPECAT Jaguar buatan bersama Perancis-Inggris dan Q-5 Fantan buatan Nanchang, China. Keduanya juga tak satupun yang diekspor ke negara lain.
Perihal pengalaman bertempur, Vultur hingga akhir masa pengabdiannya tahun 1988 tak pernah turun gelanggang. Sebaliknya Orao cukup malang melintang, namun ironisnya bukan memerangi musuh dari negara luar melainkan memerangi saudara sendiri yang ingin memisahkan diri dari Republik Federal Sosialis Yugoslavia.
Pada awal perang saudara tersebut, AU Yugoslavia menerbangkan J-22 di atas Slovenia, tetapi tidak memuntahkan senjata apapun. Tindakan ofensif pertama J-22 baru terjadi pada 1991 ketika digunakan untuk menyerang sasaran di Kroasia.
Selama tahun pertama Perang Saudara negara di Semenanjung Balkan ini, setidaknya tiga unit J-22 berhasil ditembak jatuh. Dua di antaranya adalah versi tandem NJ-22 yang diterbangkan oleh Letkol Muse Begic yang berhasil melontarkan diri serta J-22A yang diterbangkan oleh Major Z. Tomic namun tewas jatuh bersama pesawatnya.
Setelah penarikan mundur Angkatan Bersenjata Yugoslavia (JNA) dari Slovenia tahun 1991, Brigade Penerbangan 82 turut dipindahkan dari Cerklje ke pangkalan udara Banja Luka Mahovljani. Tahun 1992 saat Perang Bosnia dimulai, JNA meninggalkan satu skadron pesawat yang berisi delapan unit J-22 untuk digunakan oleh Angkatan Udara Republika Srpska (etnis Serbia di Bosnia-Herzegovina yang membentuk negara berdaulat).
Usai perang saudara yang dikenal juga sebagai Perang Yugoslavia (1991-1995), Orao milik AU Serbia (penerus AU Yugoslavia) juga dilibatkan dalam peperangan lain yakni Perang Kosovo mulai 1998-1999. Pesawat digunakan untuk menggempur posisi milisi KLA (Kosovo Liberation Army) yang menginginkan Kosovo merdeka mengikuti jejak Slovenia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina.
Satu J-22 di antaranya yang dipiloti oleh Letkol Zivota Duric hilang pada 25 Maret 1999 dalam keadaan tidak jelas, apakah pesawatnya mengalami gangguan teknis, kesalahan pilot, atau serangan dari darat oleh milisi KLA.
Masa itu AU Serbia juga mengalami kerugian yang cukup signifikan di mana enam unit J-22 dan dua unit MiG-21 hancur dalam hanggar saat jet-jet NATO membombardir Pangkalan Udara Ponikve tempatnya bernaung.
Runtuhnya Republik Federasi Sosialis Yugoslavia yang terkoyak menjadi tujuh negara baru berdaulat, berdampak juga terhadap keberadaan Orao. AU Serbia sebagai penerus kekuatan AU Yugoslavia mengadopsi seluruh pesawat J-22 dan NJ-22 yang ada.
Hingga kini sekira 26 J-22A/B masih aktif. Sedangkan varian NJ-22 sudah tak terbang lagi sejak tahun 2003. Sang Rajawali tersisa yang telah mengabdi hampir empat dasawarsa ini pun mulai dikandangkan secara bertahap dari tahun 2016 silam, namun sampai saat ini belum tersiar calon penggantinya.
Satu-satunya negara pecahan yang mengoperasikan Orao hanyalah AU Bosnia-Herzegovina berupa warisan yang ditinggalkan oleh AU Republika Srpska (tersisa tujuh unit), namun belum jelas kapan akan dipurnabaktikan. ***