ANGKASAREVIEW.COM – Pengebom tempur dari generasi ketiga ini ditakdirkan untuk berperang dari awal kariernya bahkan hingga saat ini masih turun dalam perang saudara di Suriah.
Kisah hidup pengebom tempur rancangan Sukhoi dengan kode NATO “Fitter” ini dimulai awal tahun 1960-an ketika Angkatan Bersenjata Uni Soviet ingin meningkatkan kinerja pesawat Su-7 yang dipandang kurang tangkas digunakan dalam serangan ketinggian rendah serta proses tinggal landas dan mendarat yang memerlukan landas pacu panjang.
Atas masukan dari TsAGI (Tsentralniy Aero Gidrodinamicheskiy Institut atau Central Aero & Hydrodynamic Institute), Biro Desain Sukhoi pada 1963 mulai mengembangkan jet bersayap ayun (variable geometry) berdasar Su-7BM di bawah kepemimpinan Nikolai Zyrin. Tujuan konversi berdasar pesawat yang sudah proven ini tak lain untuk mempersingkat waktu dan meminimalisasi biaya pengembangan.
Konversi ini masih mempertahankan badan utama serta sistem roda pendarat dari Su-7BM. Gubahan utama berupa rancangan sayap ayun dengan segmen bagian tengah keluar bisa bergerak menyapu ke belakang dengan tiga pilihan sudut 28, 45atau 62 derajat.
Konstruksi sayap sengaja dibuat simpel yang bertujuan menghindari kebutuhan akan desain komplek dari sistem cantelan senjata yang bisa diputar sesuai sudut tekuk sayap serta untuk meminimalkan pergeseran pusat tekanan relatif terhadap pusat massa dengan perubahan posisi sudut sayap. Sayap baru ini juga memiliki extensive leading-edge slats dan trailing-edge flaps. Pesawat teknologi demostrator ini disebut sebagai Su-7IG (Izmenyaemaya Geometriya).
Su-7IG melakukan terbang perdana 8 Agustus 1966 dan NATO baru mengetahui keberadaannya setahun kemudian serta menjulukinya sebagai Fitter-B karena dianggap masih turunan langsung dari Su-7 Fitter-A. Atas keberhasilan rangkaian uji Su-7IG, pesawat segera masuk jalur produksi yang dikerjakan oleh pabrik pesawat Komsomolsk-Amur.
Varian awal Fitter-B dibangun berdasar pesawat Su-7U versi latih yang memiliki badan lebih panjang dengan perbedaan terlihat nyata berupa kanopi model baru yang tersambung dengan punuk memanjang ke belakang. Tempat duduk belakang dilepas dan digantikan dengan wadah bahan bakar internal tambahan. Varian produksi pertama menjalani terbang perdana 1 Juli 1969 dengan E. K. Kukushev sebagai pilot uji dan memperoleh nomenklatur baru resmi Su-17.
Pengembangan varian berikutnya yakni Su-17M yang mulai mendapatkan mesin baru lebih bertenaga Lyulka AL-21F-3 menggantikan mesin lama Lyulka AL-7F-1. Juga disematkan sistem navigasi baru, sistem komputer untuk serangan, serta pemasangan single brake parachute untuk memperpendek jarak pendaratan. Pesawat melakukan penerbangan perdana 28 Desember 1971 di bawah kendali pilot uji V. S. Soloviev.
Setahun berikutnya lahir versi ekspor Su-20 yang tak lain versi avionik downgrade Su-17M, terbang perdana 15 Desember 1972 dikendalikan pilot uji A. N. Isakov. NATO menyematkan nama Fitter-C untuk varian Su-17M/Su-20. Pesawat mulai diproduksi tahun 1972-1975 dan masuk layanan AU Soviet tahun 1973. Su-20 baru dikirimkan tahun berikutnya ke negara Mesir, Suriah, dan Polandia.
Keluarga Fitter terus disempurnakan dengan melahirkan varian baru Su-17M2 (NATO: Fitter-D). Pesawat memiliki batang hidung lebih panjang 38 cm dan lebih bungkuk agar visibilitas pilot makin baik. Didalam kerucut hidung terpasang radar navigasi Doppler DISS-7 dan ditanamkan juga Fon-1400 laser rangefinder. Pesawat terbang perdana 20 Desember 1973 ditangani pilot uji V. S. Ilyushin dan diproduksi mulai tahun 1974–1977.
Selanjutnya hadir Su-17M2D yang dikembangkan khusus untuk ekspor menggunakan mesin Tumansky R-29BS-300 (digunakan juga oleh MiG-23) berkekuatan 112.7 kN serta mengadopsi kursi lontar baru K-36D. Varian ekspor dilabeli Su-22 dan NATO menyebutnya Fitter-F. Pesawat terbang perdana 31 Januari 1975 dipiloti olehA. N. Isakov dan diproduksi tahun 1977-1978.
Sukhoi kembali meracik Fitter-nya dengan menghadirkan Su-17M3 dan versi ekspor sebagai Su-22M3 Fitter-H. Dibangun berdasar Su-17UM versi tandem, bangku belakang dilepas dijadikan ruang avionik dan tangki bahan bakar internal tambahan dengan kapasitas 4.850 liter. Dilengkapi laser rangefinder Klen-P, dimana Fitter-H memiliki kemampuan bertempur yang bisa meluncurkan rudal udara ke udarajarak dekat R-60. Pesawat terbang perdana 30 Juni 1976 dipiloti oleh V. A. Krechetov dan diproduksi tahun 1976-1981.
Versi ini juga tersedia dengan mesin lebih bertenaga Tumansky R-29BS-300, namun perangkat avionik downgrade, diekspor sebagai Su-22M Fitter-J. Pesawat menjalani terbang perdana 24 Mei 1977 dikemudikan oleh E. S. Soloviev dan diproduksi dari 1978-1984.
Varian pamungkas dari keluarga Fitter adalah Su-17M4 dan versi ekspor dilabeli sebagai Su-22M4. Pesawat yang dijuluki NATO sebagai Fitter-K ini memiliki avionik tercanggih pada masanya seperti sistem navigasi beacon, inersial, dan RSDN. Lalu laser rangefinder baru Klen-54, kompas radio, serta sistem radar peringatan SPO-15LE Sirena.
SPESIFIKASI SU-22M4 FITTER-K
Awak : 1 pilot. Panjang : 19,02 m. Tinggi : 5,12 m. Rentang sayap : 13,68 m (membentang), 10,02 m (ditekuk). MTOW : 19.430 kg. Mesin : 1× Lyulka AL-21F-3 afterburning turbojet. Gaya dorong : 109,8 kN. Kecepatan maks. : 1.860 km/jam. Ketinggian maks. : 14.200 m. Radius tempur : 1.150 km dalam mode Hi-Lo-Hi muatan senjata 2.000 kg
Fitter-K juga mendapatkan lubang kecil pendingin mesin tambahan disisi badan dan di depan sirip tegak serta mengadopsi kerucut kejut asupan udara model tetap. Pilot Yu. A. Yegorovdipercaya menerbangkannya pertama kali 19 Juni 1980. Su-17M4 mulai diproduksi untuk keperluan dalam negeri dari tahun 1981-1988 sedang varian ekspor Su-22M4 dari1983-1990.
Fitter-K masih mempertahankan mesin bandel Lyulka AL-21F-3 afterburning turbojet bergaya dorong 109.8 kN. Bisa melesat 1.400 km/jam di atas permukaan laut dan 1.860 km/jam pada ketinggian tinggi. Radius tempur dalam mode Hi-Lo-Hi dengan muatan senjata 2.000 kg bisa mencapai 1.150 km. Persenjataan tetap menjadi andalannya berupa dua kanon Nudelman-Rikhter NR-30 kaliber 30 mm dengan 80 putaran yang ditanam di pangkal sayap.
Untuk berduel dengan pesawat tempur lawan Fitter-K dilengkapi dua rudal R-60 atau R-73. Untuk serangan permukaan tersedia delapan cantelan senjata hingga 4.000 kg dengan pilihan berupa bom FAB-100/250, bom cluster, bom napalm, pod roket UV-16 kaliber 57 mm, rudal permukaan Kh-23, Kh-25, Kh-29 dan Kh-58 serta berbagai senjata nubika bila diperlukan.
Biro desain Sokhoi juga merancang versi latih tempur bertempat duduk tandem, tersedia Su-17U yang dikembangkan dari Su-17M dengan varian ekspor sebagai Su-22U menggunakan mesin Tumansky R-29BS-300, keduanya dijuluki NATO sebagai Fitter-E. Varian ini kemudian disempurnakan lagi menjadi Su-17UM dan UM2.
Versi latih pamungkasnya adalah Su-17UM3 dengan nama ekspor Su-22UM3 yang bermesin Tumansky R-29BS-300 dan Su-22UM3K bermesin LyulkaAL-21F-3 yang mendapat julukan NATO sebagai Fitter-G. Semua varian latih Fitter tetap memiliki kemampuan sebagai pesawat serang layaknya versi tempat duduk tunggal, namun kanon dan tangki internalnya telah dilucuti.
Teruji dalam perang
Keluarga Fitter pertama yang mencicipi palagan sesungguhnya adalah Su-20 Fitter-C (varian ekspor Su-17M) milik Angkatan Udara Mesir. Turun dalam Perang Libya-Mesir di tahun 1977. Su-20 Mesir merupakan arsenal terbilang anyar yang didapatkan tahun 1974 setahun setelah perang Yom Kippur berakhir.
Dalam pertempuran yang hanya berlangsung singkat itu (21-24 Juli), Mesir harus rela kehilangan dua unit Su-20 nya dan empat MiG-21, namun Libya menanggung kerugian lebih besar lagi dengan kehilangan 20 unit Mirage 5 dan sebuah MiG-23MS.
Memasuki tahun 80-an, kembali Su-17 menguji ketajaman tajinya. Kali ini digunakan oleh Uni Soviet ketika menginvasi Afghanistan yang dimulai sehari menjelang Natal tahun 1979.
Selain digunakan AU Soviet Fitter juga dioperasikan oleh pasukan Pemerintah Afghanistan melawan pejuang Mujahidin. Lapangan udara pada ketinggian tinggi dan iklim panas berdebu menciptakan tantangan operasional khusus bagi Su-17M dan Su-17M2.
Saat musim kemarau melanda, take-off roll meningkat 1,5 kali lipat serta pendaratan sering berakhir dengan ban meledak dan kebakaran rem. Namun mesin tunggal LyulkaAL-21F-3 yang menjadi pendorongnya menunjukkan ketangguhannya, terbukti toleran mengkonsumsi bahan bakar yang terkontaminasi debu gurun.
Pada tahun 1985 kesiapan tempur armada Su-17M dan M2 mengalami penurunan, dengan cepat segera digantikan dengan versi terbaru Su-17M3 dan M4. Meskipun daya tahan dan payload lebih baik namun tetap saja Fitter-H/K ini rentan terhadap santapan artileri udara karena harus menyerang dengan bermanuver rendah menyisir pegunungan. Terlebih kurangnya proteksi lapis baja yang signifikan, meskipun telah ditambahkan eksternal armor kit di sekitar mesin, hidrolik dan sistem bahan bakar.
Bahaya makin mengancam ketika para Mujahidin mulai menggunakan MANPADS (rudal panggul) FIM-43 Redeye yang dipasok oleh AS dan yang menjadi ironi yakni rudal Strela (buatan Uni Soviet sendiri) yang diselundupkan dari Mesir menjadi momok tersendiri bagi para pilot.
Untuk menghindar dari sengatan rudal panggul terlebih dengan hadirnya varian yang lebih sakti FIM-92 Stinger di tangan para Mujahidin, memaksa para pilot penunggang Fitter tak lagi menyerang dari ketinggian rendah meski hasil serangan berkurang tingkat akurasinya.
Di sisi lain, pesawat yang telah dilengkapi 12 flare dispenser ini digunakan secara maksimal oleh para pilot dengan menaburnya selama serangan berlangsung untuk mengecoh rudah pencari panas yang menguntitnya. Taktik ini terbukti efektif karena pada tahun 1985 hanya sebuah Fitter Uni Soviet yang rontok akibat sengatan rudal panggul.
Dipaksa beroperasi pada ketinggian 3.500-4.000 meter di atas tanah, penggunaan persenjataan Su-17M3 dan M4 mulai bergeser dari penggunakan roket dan bom tak berkendali beralih menggunakan senjata pintar perbandu. Sementara itu pesawat CAS Su-25 ditugaskan untuk menghabisi pada serangan kedua yang lebih presisi dari ketinggian yang lebih rendah.
Menjelang akhir perang (usai tanggal 15 Februari 1989) pesawat yang dijuluki pilot Uni Soviet sebagai Strizh (burung layang-layang) ini secara berangsur mulai digantikan dengan pengebom tempur bersayap sayung MiG-27 yang lebih baru sekaligus menguji kebolehannya dalam perang sesungguhnya.
Dengan runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, keluarga Fitter terutama varian Su-17M3 dan M4 beralih tangan menjadi lengan kekuatan AU Rusia meskipun tak lama mengoperasikannya. Pada tahun 1998 seluruh armada pesawat pengebom tempur bermesin tunggal (Su-17 dan keluarga MiG-23/27) di hapus dari inventori dan diganti dengan pesawat multirole bermesin ganda.
Namun demikian, sebelum masuk purna bakti AU Rusia masih sempat menggunakan Su-17M4 miliknya dalam Perang Chechnya I tahun 1994-1996 yang bergabung bersama pengebom tempur Su-24 dan pesawat serang Su-25 dalam kampanye serangan darat dan misi pengintaian.
Menuju ke belahan dunia lain, di benua hitam Afika negara Angola memperoleh 12 unit Su-20M yang mulai dikirim pada tahun 1982 untuk mengisi Skadron Tempur 15. Namun karena masalah keahlian SDM yang kurang, enam pesawat mengalami kecelakaan beruntun pada tahun 1985 disusul 3 lagi tahun 1988. Kerugian besar ini segera tergantikan dengan hadirnya 14 unit Su-22M4 dan dua Su-22UM3K pada tahun 1989-1990 yang dimasukkan ke dalam Resimen Udara 26 berbasis di Mocamedes.
Sepuluh tahun kemudian tepatnya tahun 1999-2001, AU Angola kembali menerimadua Su-22UM3 dan empat Su-22M dari Belarusia disusul 10 unit Su-22M4 dan satu Su-22UM3K dari Slowakia.
Di tangan pemerintahan komunis Angola pesawat Su-20M dan Su-22M digunakan secara masif untuk memerangi pemberontak UNITA. Dilaporkan dalam sebuah misi perang yang diembannya pada tahun 1987 sebuah diantaranya jatuh menghujam tanah. Kejadian ini kembali berulang tepatnya tanggal 6 November 1994 dimana sebuah Su-22M berhasil dirontokkan oleh pasukan UNITA menggunakan rudal anti pesawat selama serangan terhadap wilayah Huambo. Dikabarkan pilot berhasil loncat dengan kursi lontar dan mendarat dengan selamat dengan menanggalkan seragamnya agar terhindar dari kejaran pasukan UNITA.
Bergeser ke Benua Amerika, Peru adalah satu-satunya negara Amerika Lantin yang mendapatkan varian Su-22 Fitter-F. Ditangan AU Peru, Fitter-F miliknya dilibatkan dalam pertempuran dengan negara tetangganya Ekuador dalam Perang Cenepa. Pada tanggal 10 Februari 1995, Ekuador mengklaim dua unit Mirage F-1JA milik AU-nya berhasil menjatuhkan dua Su-22 milik Peru di atas Lembah Cenepa yang dipersengketakan.
Kejadian tersebut dibantah oleh AU Peru yang menyatakan bahwa pesawatnya jatuh karena mengalami kerusakan mesin dan sebuah lainnya tersengat artileri antipesawat Ekuador akibat terbang terlalu rendah. Selama perang tersebut AU Peru menerjunkan 20 Fitter-F dengan terbang 45 sorti ke wilayah pertempuran.
Di kawasan Timur Tengah, pengebom tempur Fitter diakuisisi oleh AU Suriah, Iraq dan Yaman. Dalam perang Yom Kippur, Oktober 1973, Suriah masih menggunakan Su-7B. Namun setahun perang usai mulai mendapatkan Su-20 Fitter-C dan belakangan hadir juga Su-22M3 Fitter-H, total diperkirakan memiliki 50 unit Fitter. Pesawat mencicipi palagan pertama pada tahun 1982 saat Suriah terseret dalam Perang Libanon yang berlangsung dari Juni 1982 hingga Juni 1985.
Selanjutnya 30 tahun setelah itu, di paruh kedua 2012 dalam Perang Sipil Suriah, AU masih mengandalkan Fitter-H guna memerangi pasukan pemberontak. Sampai medio 2016, AU Suriah harus kehilangan lima Su-22M3 miliknya dengan korban pertama terjadi14 Februari 2013 yang dihajar MANPADS milik pemberontak.
Peperangan lain yang dilakoni Fitter adalah Perang Iran-Iraq, di mana dalam perang yang berlangsung dari tahun 1980-1988 tersebut AU Iraq banyak kehilangan Fitter-nya. Sebanyak 21 unit dijatuhkan oleh F-14 Tomcat, 18 oleh F-4 Phantom, dan tiga oleh F-5 Tiger milik AU Iran.
Lalu dalam Perang Teluk 1991, AU Iraq yang berusaha menyelamatkan Fitter-nya dengan mengungsikan ke negara Iran (akhirnya tak pernah dikembalikan), dua di antaranya ditembak jatuh oleh F-15C Eagle AU Amerika Serikat dalam pelarian tersebut.
Di tangan AU Libya Su-22M3 digunakan dalam konflik bersenjata dengan negara tetangganya Chad tahun 1987 serta Perang Saudara Libya tahun 2011. Negeri Yaman juga mengandalkan Fitter-nya dalam menangani pemberontak Houthi dan kaum revolusioner dari tahun 2009-2011.
Masih mengabdi
Mengikuti jejak pendahulunya Su-7 Fitter-A yang tergolong sebagai salah satu jet tempur dengan jumlah produksi tertinggi didunia dibangun sebanyak 1.847 unit, keluarga Su-17 yang memiliki 10 varian utama bahkan diproduksi lebih banyak lagi mencapai 2.867 unit dimana 1.165 di antaranya diekspor ke 22 negara.
Kini, setidaknya sekitar kurang dari 150 Fitter terutama dari varian Su-22M3 dan Su-22M4 masih tetap dalam layanan yang dioperasikan oleh lima angkatan udara yakni Angola, Suriah, Yaman, Vietnam dan Polandia.
Polandia sendiri adalah negara Eropa terakhir yang masih menerbangkan keluarga Fitter. Pesawat mulai berdatangan dari tahun 1984 sampai 1988 sebanyak 90 unit Su-22M4 dan 20 Su-22UM3K versi tandem yang memperkuat empat wing di Pila, Powidz, Miroslawiec, dan Swidwin.
Dengan bergabungnya Polandia menjadi anggota NATO, maka mau tak mau AU Polandia harus menyelaraskan arsenalnya dengan standar NATO. Untuk itu sebagian armada Su-22M4 di-upgrade menggunakan avionik Barat seperti HUD, ILS, INS, TACAN, HOTAS, GPS, juga dipasangi radar Phazotron dan Phantom lansiran Thomson CSF untuk menggantikan perangkat laser rangefinder Klen-54. Hasil upgrade ini dikenal sebagai Su-22M5 dan menjadikan Fitter AU Polandia menjadi yang tercanggih didunia.
Memasuki tahun 2010, sekira 48 Fitter masih menjadi kekuatan cadangan di jajaran armada tempur AU Polandia yang sudah diperkuat arsenal baruF-16C/D Block-52. Pada tahun 2012 direncanakan seluruhnya akan dihapus dari inventori dan akan diganti dengan tiga skadron UAV. Namun rencana ini dibatalkan dengan pertimbangan mempertahankan keahlian SDM baik pilot maupun teknisi daratnya.
Akhirnya di tahun 2015 dari 32 pesawat yang masih aktif, diputuskan hanya dipertahankan 18 unit saja. Terdiri dari 12 Su-22M4 dan 6 Su-22UM3K versi tandem yang ditempatkan dalam satu skadron sajadi 21st Air Base-Swidwin, sedang sisa 14 Fitter-K yang tidak di-overhaul akan ditarik dari layanan secara berangsur hingga 2018.
Perawatan dan peningkatan kinerja18 pengebom tempur gaek peninggalan Perang Dingin ini dilaksanakan oleh Aviation Militer Work no. 2 di Bydgoszcz, fasilitas yang sama tempat pemeliharaan jet tempur F-16. Dengan alasan ekonomis ke-18 Fitter-K hanya mendapatkan perlengkapan baru berupa radio VHF/UHFRS-6113-2 C2M serta mengenakan kamuflase abu-abu duo-tone menggantikan loreng hijau, livery ini sesuai dengan penempur AU lainnya F-16 dan MiG-29.
Fitter-K terakhir AU Polandia ini masih menyisakan 800 jam terbang dan akan terus berdinas hingga tahun 2025 mendatang bertepatan dengan 40 tahun masa pengabdiannya.
RANGGA BASWARA SAWIYYA