Dian & Dessy, Duo Instruktur Penerbang di STPI Curug

Dok Pribadi

ANGKASAREVIEW.COM – Mengabdi di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug sebagai Instruktur Penerbang memberikan kepuasan tersendiri bagi Dian Kartika dan Dessy Apriliana. Duo Kartini Udara di Jurusan Penerbang STPI ini pun ikut berjasa melahirkan pilot-pilot profesional.

Dari 70 orang Instruktur Penerbang (baik yang berstatus tetap maupun tamu) di Jurusan Penerbang STPI, Dian dan Dessy merupakan duo instruktur yang mewakili kaum perempuan. Dian yang merupakan generasi senior telah mengabdi di STPI selama 22 tahun, sementara Dessy yang mewakili generasi muda baru mengabdi selama enam tahun di sekolah penerbangan milik negara ini.

Dian mengawali perjalanan sebagai pilot, khususnya sebagai instruktur, selepas diwisuda menjadi penerbang PLP Curug pada September 1996. Bungsu dari empat bersaudara lulusan SMAN 2 Bogor, Jawa Barat ini mengikuti seleksi penerimaan Jurusan Penerbang STPI (waktu itu namanya masih PLP Curug) tahun 1994. Setelah mengikuti rangkaian seleksi selama kurang lebih satu tahun, ia pun diterima sebagai siswa penerbang pada 7 Januari 1995.

“Pada waktu itu, PLP Curug buka penerimaan calon penerbang wanita. Saya tahu informasinya dari tetangga yang kuliah di STPI. Kami Angkatan 53 orang ada tiga wanita yang diterima di Jurusan Penerbang. Saya, Isma, dan Ida,” ujar Capt. Dian yang telah membukukan 12.000 jam terbang ini menceritakan. Dua rekanya, Isma dan Ida, saat ini bekerja sebagai pilot di Etihad dan Garuda Indonesia, sementara Dian dari awal berkarier menjadi Instruktur Penerbang di STPI.

Dian Kartika - Dok Pribadi

Meski dalam keseharian mengajar di STPI, Dian pernah juga menyambi terbang di maskapai TWA (2006-2009) dan Kalstar (2009-2017). Ia terbang sebagai pilot freelance di pesawat Twin Otter dan ATR 72.

Sekarang, anak dari pensiunan TNI AU (alm) ini sedang menyelesaikan pendidikan pascasarjana (S2) dan akan terbang lagi sebagai weekend flyer di maskapai swasta apabila waktunya sudah tiba. “Di sini kami diperbolehkan untuk terbang di maskapai penerbangan sebagai penerbang akhir pekan untuk menambah pengalaman,” ujar ibu dua anak yang hobi minum kopi dan bersuamikan pilot maskapai swasta ini.

Darah guru

Lain halnya dengan Dian, Dessy Apriliana yang akrab dipanggil Dessy masuk ke STPI Curug Angkatan 63 tahun 2010 dan lulus tahun 2012. Lulusan SMAN 1 Waru, Sidoarjo, Jawa Timur ini daftar ke Jurusan Penerbang STPI Curug melalui ATKP (Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan) Surabaya. Ia mendapatkan brosur ATKP di sekolahnya.

“Di sekolah kan ada brosur-brosur, lalu saya ambil saja satu yang dari ATKP Surabaya. Di sana saya diberi tahu ada STPI Curug dan disarankan ikut daftar penerimaan siswa pilot wanita,” cerita Dessy.

Dengan penuh perjuangan, anak ketiga dari empat bersaudara ini pun mengikuti seluruh rangkaian seleksi penerimaan Jurusan Penerbang STPI hingga akhirnya ia dinyatakan lulus. Tidak pernah membayangkan menjadi pilot, kini gadis yang masih menikmati masa lajangnya ini telah mengumpulkan 2.000 jam terbang di pesawat latih yang dimiliki STPI.

Enam tahun menjadi instruktur di STPI, dijalani Dessy dengan suka-cita. Menjadi pengajar di kelas dan pendidik terbang di pesawat, memberikan kepuasan tersendiri baginya. Dessy tidak menyangka, darah guru dari keluarga besarnya rupanya mengalir juga di tubuhnya. “Keluarga besar saya itu banyak yang menjadi guru, mengajar di sekolah. Ternyata saya juga kebagian mengajar juga,” ujar Dessy diiringi tawa.

Dessy Apriliana - Foto: Julius Rendy

Kini Dessy sedang mempersiapkan diri untuk berkiprah terbang di maskapai penerbangan selain pekerjaan utamanya sebagai Instruktur Penerbang di STPI. Pendidikan di simulator B737NG pun sudah ia rampungkan. Baginya, pengalaman terbang di maskapai, sebagaimana senior-seniornya, tentunya akan menambah wawasan dan ilmu baginya untuk mengajar siswa pilot.

Dian selaku instruktur senior mengatakan, Dessy dulu termasuk siswa pilot yang cerdas dan ia pun terbang solo pertama di angkatannya. “Dessy ini pintar lho… Makanya jadi isntruktur. Jago main basket dan badminton pula,” kata Dian. “Pokoknya hebat lah,” tambah Dian yang bangga terhadap juniornya tersebut.

Tidak mau kalah dengan sanjungan seniornya, Dessy pun menyahut, “Teteh ini yang hebat. Cara mengajarnya top. Pokoknya siswa kalau sudah diajar sama Teteh, hebat deh,” sahut Dessy yang memanggil Dian dengan sebutan Teteh (kakak perempuan).

Capt. Dian dan Capt. Dessy, potret duo Instruktur Penerbang STPI dari kaum wanita. Keduanya memberikan inspirasi, khususnya bagi kaum perempuan generasi penerus bangsa. RONI SONTANI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *