ANGKASAREVIEW.COM – Setelah malang melintang selama dua dekade lebih dalam berbagai misi pengintaian di berbagai belahan dunia, secara resmi akhirnya Angkatan Udara AS mempurnabaktikan pesawat intai serang tak berawak MQ-1 Predator pada 9 Maret 2018 lalu. Selanjutnya perannya akan digantikan penuh oleh adiknya MQ-9 Reaper.
Drone buatan General Atomics ini menjalani terbang perdana tanggal 3 Juli 1994 dan masuk dinas resmi setahun kemudian. Semula pesawat ini hanya digunakan sebagai pesawat intai murni yang dikenal sebagai RQ-1. Namun selanjutnya berevolusi menjadi drone intai bersenjata yang dinamai MQ-1.
Misi perang pertama kali yang dijalani Predator adalah saat beroperasi dari Albania ketika dilibatkan dalam operasi bersandi Nomad Vigil mulai Juli sampai November 1995. Dari empat unit yang terlibat, Angkatan Udara AS harus kehilangan dua RQ-1 secara beruntun saat pengintaian di atas Bosnia. Pertama tanggal 11 Agustus 1995 dan yang kedua tanggal 14 Agustus 1995.
Selepas dari misi perang di Semenanjung Balkan tersebut, Predator kemudian turun ke gelanggang di palagan Afghanistan mulai tahun 2000. Lalu berlanjut lagi di Iraq dan Yaman sejak tahun 2002 menyusul di Libya dan Somalia tahun 2011. Disebutkan juga MQ-1 pernah digunakan memburu teroris jaringan Al Qaeda di Filipina tahun 2012. Predator juga sering digunakan mengintai wilayah Iran dan Suriah sejak 2012.
Tak selamanya operasi Predator berjalan mulus, dilaporkan dari 195 unit MQ-1 yang dimiliki AU AS, 71 di antaranya telah rontok. Rinciannya 55 jatuh disebabkan kegagalan fungsi, kesalahan operator atau disebabkan cuaca, lima ditembak lawan saat beroperasi di Bosnia, Kosovo, Suriah dan Irak, serta 11 sisanya hilang karena kecelakaan operasional dalam misi tempurnya.
General Atomics sendiri sejak tahun 1995 telah memroduksi sebanyak 360 Predator yakni 285 unit versi RQ-1 dan 75 unit versi bersenjata MQ-1. Drone jenis MALE (ketinggian terbang menengah dan jangkauan jauh) ini di ego per unit dalam kisaran harga empat juta dolar AS. Dalam unit terbatas diekspor ke negara lain yakni Italia, Turki, Uni Emirat Arab, dan Maroko.
Seperti disebutkan di atas, peran MQ-1 akan digantikan oleh MQ-9 yang juga buatan General Atomics. AU AS sendiri saat ini mengoperasikan sebanyak 28 unit MQ-9 yang resmi berdinas sejak Mei tahun 2007. Harga per unit Reaper mencapai 16,9 juta dolar AS atau lebih 4 kali lipat dari harga Predator.
Banderol mahal MQ-9 ini setara dengan kemampuan yang ditawarkannya, yakni bisa membawa empat rudal AGM-114 Hellfire sekaligus plus dua bom pintar GBU-12 Paveway II, sedang MQ-1 hanya bisa membawa dua unit Hellfire saja. Begitu juga dengan jarak dan waktu operasinya, MQ-9 mencapai 1.852 km atau endurance 37 tanpa senjata. Sedangkan MQ-1 hanya 1.100 km dan endurance 24 jam tanpa senjata.
Menjadi pertanyaan, akan di kemanakan Predator bekas Angkatan Udara AS selanjutnya? Direncanakan sang veteran perang ini sebagian akan dihibahkan ke Museum, sedangkan MQ-1 yang kondisi bagus akan ditawarkan ke Angkatan Laut AS dan mungkin juga akan dijual ke negara sekutu Paman Sam. Nah apakah Indonesia termasuk? Waktu jua yang akan menjawabnya. RANGGA BASWARA