ANGKASAREVIEW.COM – Ketika bos maskapai Virgin Atlantic Richard Branson membuat prediksi tentang masa depan industri penerbangan, kata-katanya pasti akan menjadi sorotan dunia. Apalagi jika prediksinya itu juga didukung kemitraan dengan, maka itu bisa menjadi hal besar berikutnya yang harus diperhatikan.
Virgin Galactic telah bermitra dengan perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat, Boom Supersonic, yang sedang dalam proses mengembangkan pesawat supersonik berkemampuan 2,2 kali kecepatan suara.
Saat ini perusahaan sedang membangun purwarupa yang berisi dua tempat duduk. “Ini akan menyempurnakan desain dan rekayasa kami, menguji teknologi supersonik, dan memastikan efisiensi, keamanan, dan keandalan”, menurut rilis resmi dari Boom Supersonic.
Baca juga:
Meriahkan Valentine, Virgin Atlantic Gambar Hati
China Rancang Model Pesawat Hipersonik, Beijing-New York Cuma 2 Jam
Boom mengklaim bahwa pesawat purwarupa yang bernama XB-1, akan menjadi pesawat sipil tercepat karena penerbangan sipil belum pernah menyentuh 2,2 kali kecepatan suara, atau setara dengan 2.716,56 km / jam.
Dengan kecepatan itu, waktu tempuh London-New York hanya tiga jam lebih sedikit. Saat ini dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam untuk terbang di antara kedua kota tersebut.
Boom Supersonic sendiri saat ini sedang sibuk dengan persiapan untuk uji terbangnya, yang diharapkan bisa dimulai pada akhir tahun ini.
Pesawat supersonik yang didesain mampu mengangkut 55 penumpang itu rencananya bisa mulai dipasarkan pada awal tahun 2025.
Laporan sebelumnya mengklaim bahwa lima maskapai penerbangan yang tidak disebutkan namanya tertarik untuk membeli 76 pesawat. Boom telah mengkonfirmasi bahwa Virgin Galactic dan Japan Airlines akan mengoperasikan pesawat ini.
Japan Airlines sendiri dikabarkan telah menginvestasikan 10 juta dolar AS di Boom Supersonic untuk pengembangan pesawat masa depan tersebut. Maskapai ini memiliki opsi untuk membeli 20 pesawat dari Boom sebagai bagian dari perjanjian.
Namun, beberapa pengamat, seperti Kapil Kaul, CEO Pusat Penerbangan Asia Pasifik (CAPA), berpendapat bahwa pasar untuk jet supersonik ini amat terbatas.
Tidak ada spekulasi atau analisis perjalanan supersonik yang lengkap tanpa mengaitkannya dengan pesawat Concorde yang terbang hingga 2003. Pesawat itu dihentikan karena jumlah penumpang yang jatuh dan kenaikan biaya perawatan.
Masih harus dilihat apakah pesawat Boom dapat mengurangi biaya operasional dan menguntungkan bagi maskapai yang akan mengoperasikannya. (IAN)