ANGKASAREVIEW.COM – Bila berkunjung ke Lanud Atang Sendjaja (ATS), rumah tinggal untuk skadron helikopter TNI AU, maka kita akan disambut monumen heli legendaris Sikorsky CH-34 Choctaw (kode pabrik: S-58). Di kalangan awak skadron, heli ini dijuluki ‘Codot’ (kelelawar) kerena dua lubang hidungnya menyerupai binatang nokturnal tersebut.
Monumen CH-34 ini menggantikan posisi helikopter ringan SM-1 buatan WSK-PZL –pabrikan helikopter asal Polandia– yang diturunkan dari tiang tempatnya bertengger pada tahun 2017 lalu. Selanjutnya heli dengan nomor registrasi H121 ini direstorasi dan cat ulang lalu dihibahkan ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) di Yogyakarta.
Memang tepat bila CH-34 sebagai penggantinya, karena heli ini pernah menjadi tulang punggung Skadron 6, dan bersama Skadron 8 keduanya menjadi penghuni tetap lanud yang berada di Semplak, Bogor. Sedang SM-1 adalah milik Skadron 7 yang sejak tahun 1987 markasnya telah digeser dari Semplak ke lanud Suryadarma, Kalijati.
Proses penggantian telah dilakukan sejak September 2017 silam, bahkan sempat menjadi korban vandalisme yang mencoret-coret tubuhnya pada tanggal 24 Oktober 2017. Beruntung ketiga orang pelaku berhasil diamankan dua hari kemudian.
Agar kejadian tak berulang maka dibuatkan pagar pengaman dan dibuatkan pula tiang tugu ucapan selamat datang sebagai latar belakang untuk memperindah suasa monumen.
Baca Juga:
Skadron Udara 4, Walet Sang Pengintai
Dahsyat! HUT ke-56 Skadron Cougar Dihiasi Kejutan Operasi Basra Satbravo
Peresmian monumen ini sendiri baru dilaksanakan tanggal 20 Februari 2018 lalu langsung oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, S.IP yang didampingi Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna serta Komandan Lanud ATS Marsekal Pertama TNI Irwan Is Dunggio. Selain persemian monumen, Panglima TNI juga meresmikan renovasi Masjid At-Taqwa dan bedah rumah untuk purnawiran TNI AU.
Kilas Sejarah
Mengenai asal-usul armada CH-34 milik Sakdron 6, heli ini hadir sejak tahun 1971 yang merupakan hibah pemerintah AS melalui program Defense Liaison Group (DLG). Datang secara bergelombang, 4 unit pertama tiba akhir 1971 dan lengkap 16 unit pada tahun 1975 yang diberi nomer registrasi H-3401 hingga H-3416.
Meski bukan bukan barang baru, heli bekas pakai Angkatan Darat AS yang diproduksi tahun 1958 ini datang di saat yang tepat. Karena sejak tahun 1971 seluruh armada helikopter Skadron 6 yang kala itu diperkuat Mil Mi-4 buatan Uni Soviet sudah grounded kerena tak lagi tersedianya suku cadangnya.
Untuk meningkatkan kinerjanya, sejak akhir tahun 1978 seluruh unit CH-34 menjalani modifikasi penggantian mesin. Dari dapur pacu asal radial Wright R-1820-84 diganti dengan mesin turboshaft PT6T-6 buatan Pratt & Whitney Canada yang dikenal juga sebagai ‘Twin-Pac’. Dayanya bertambah dari mesin lama yang hanya 1.525 menjadi 1.875 ps.
Di tanah air, pelaksanaan modifikasi dipercayakan pada Sakdron Teknik 016 Bandung (sekarang Sathar 16). Dengan penggantian mesin ini, kinerja si Codot makin meningkat tajam. Jarak jangkaunya yang semula berjarak 293 km menjadi 397 km. Bawaan penumpang juga bertambah dari 12 menjadi 16 prajurit selain kedua kru kokpitnya.
Sejak mengabdi di TNI AU, CH-34 langsung diturunkan untuk mendukung operasi militer. Tugas pertama yang diemban, yakni pada September 1972 guna menghadapai gerombolan PGRS/Paraku di Kalimantan Barat. Kemudian disusul misi militer lainnya dalam perang di Timor-Timur melawan Fretelin, di Papua menghadapi OPM dan di Aceh melawan GAM.
Akhir karir CH-34 milik Sakdron 6 ditandai dengan jatuhnya tiga heli secara beruntun. Di mulai pada bulan Oktober 2003, lalu bulan Oktober 2005 dan terakhir bulan Januari 2008. Berdasar kejadian ini, seluruh armada CH-34 yang tersisa tak lagi boleh terbang yang didasari surat keputusan KSAU Skep/534/XI/2009 tanggal 30 September 2009. (Rangga Baswara)