ANGKASAREVIEW.COM – Counter Revolutionary Warfare (CRW) atau pasukan antiteror milik Angkatan Darat Inggris, lebih dikenal dengan sebutan SAS. Tim CRW berhasil melambungkan nama mereka di kancah internasional berkat Operation Nimrod, sebuah misi yang menuntut pasukan SAS membebaskan sandera di Kedutaan Besar Iran yang terletak di London pada tahun 1980.
Tim CRW dibentuk sebagai respons Angkatan Bersenjata Inggris, ketika penyaderaan marak terjadi di dekade 70-an, sehingga SAS membidani sebuah tim yang andal dalam pertempuran jarak dekat. Tim CRW dilatih secara khusus dan dibekali dengan pelatihan super berat. Pada masa awal berdirinya, tim CRW masih menggunakan peralatan seadaanya. Salah satunya adalah pisau British RAF MK3.
Pisau ini begitu diandalkan oleh para personel RAF atau Angkatan Udara Inggris. Setiap pilot dan kru pesawat selalu membawa pisau ini. Demi tahan terhadap tekanan gravitasi di pesawat tempur, British RAF MK3 pun ditempa dengan besi yang sangat kuat. Reputasi itu pula yang membuat tim CRW memutuskan untuk menggunakan pisau ini. Tim CRW menempatkan pisau ini di salah satu bagian vest yang terbuat dari bahan kulit babi namun tidak antiapi.
British RAF MK3 memiliki bentuk melengkung. Bagian paling tajam terletak pada sisi lengkungan pisau. Pisau hasil rancangan Joseph Rodgers Sheffield England ini dilengkapi dengan pouch berwarna hijau zaitun. Kantung kecil ini memungkinkan pisau dapat diakses secara cepat berkat aplikasi pengunci yang sangat fleksibel.
Namun, pisau British RAF MK3 tidak dirancang sebagai pisau petarung, lantaran memiliki ujung pisau yang tumpul. Memang, RAF tidak merancang pisau ini untuk keperluan pertarungan pisau. British RAF MK3 justru didesain untuk dipakai memotong tali harness pada parasut apabila mengalami masalah. Dalam Operasi Nimrod tim CRW menggunakan pisau ini ketika salah satu personelnya terjebak saat menuruni gedung menggunakan tali.
Operasi Nimrod merupakan salah satu pembebasan sandera yang paling gemilang, walaupun di saat itu tim CRW dari unit Pagoda ini masih menggunakan peralatan yang sangat seadaanya. Sebagai pasukan elit, tim berhasil membuktikan adagium lama “Man Behind The Gun”. J. RENDY NUGROHO