Putuskan Beli S-400 Rusia, Kini Turki Digoyang Pentagon

ANGKASAREVIEW.COM – Melalui Pentagon, Whashington terus membujuk Turki agar mereka tidak membeli sistem pertahanan rudal dan udara dari Rusia. Hal tersebut diluapkan oleh Johnny Michael, Juru Bicara Departeman Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon), menyusul datangnya keputusan Turki memilih sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumf (kode NATO: SA-21 Growler) dari negara beruang merah raksasa ini.

“Kami telah menyampaikan keprihatinan kami kepada pejabat Turki mengenai pembelian S-400. Sistem pertahanan rudal NATO yang interoperable menjadi pilihan terbaik untuk mempertahankan Turki dari segala ancaman di wilayahnya,” tutur juru bicara Pentagon tersebut kepada TASS, Jum’at (30/12/2017).

Ia mengatakan, Pentagon ingin melakukan dialog terbuka terkait isu tersebut dan menekankan pentingnya menjaga interoperabilitas terhadap pembelian sistem pertahanan utama. Ia juga tak menampik bahwa  Turki dan Rusia memiliki hubungan perdagangan pertahanan dan militer yang kuat dan signifikan.

Baca JugaTurki Pastikan Beli S-400 Triumf dari Rusia

“Turki terus mengejar sistem antirudal dari NATO, termasuk sistem rudal Patriot AS, untuk kebutuhan pertahanan udara jangka panjang. AS berkomitmen untuk mempercepat pengiriman peralatan yang dibeli oleh Turki, jika memungkinkan,” terang Johnny.

Pada 12 September lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Ankara telah menandatangani kesepakatan dengan Moskow terkait pembelian S-400 Triumf dan telah melakukan pembayaran di muka.

Baca Juga: Maret 2020 Turki Akan Terima Kiriman Pertama S-400 Triumf Rusia

Kesepakatan tersebut juga berisi tentang peminjaman dana Turki kepada Rusia. Dari nilai total pembelian S-400 Triumf yang mencapai 2,5 milyar dolar AS, Ankara akan membayar 45 persen dengan dana sendiri dan sisanya sebesar 55 persen dengan dana yang mereka pinjam dari Rusia.

S-400 Triumf merupakan sistem rudal antipesawat jarak jauh terbaru yang dibuat oleh Rostek, perusahaan milik pemerintah Rusia. Sistem rudal pertahanan udara ini telah resmi dioperasikan pada tahun 2007 silam.

Mampu menjangkau jarak sejauh 400 km dan ketinggian 30 km, sistem rudal ini dirancang untuk dapat menghancurkan pesawat, rudal balistik maupun jelajah, termasuk rudal jarak menengah (medium-range ballistic missile/MRBM). Sistem rudal pertahanan udara ini juga memungkinkan digunakan untuk melawan target darat. FERY SETIAWAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *