ANGKASAREVIEW.COM – TNI Angkatan Udara mendukung PT Dirgantara Indonesia dalam menciptakan pesawat tempur generasi 4,5 KF-X/IF-X yang dikerjasamakan dengan Korea Selatan. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengaku mendorong kegiatan yang dilaksanakan oleh PTDI untuk mewujudkan IF-X.
“Memang ada di program KF-X/IF-X. Kita akan mendorong karena itu sudah ditangani oleh Kementerian Pertahanan selaku pemegang kebijakan strategis,” ungkap KSAU di Yogyakarta, 17 Oktober, usai peresmian monumen NU-200 Sikumbang di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla).
Dijelaskan, saat ini program kerja sama pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X dengan Korea Aerospace Industries (KAI) Korea Selatan masih dalam proses dan ditangani oleh Kementerian Pertahanan.
“Mudah-mudahan, itu harapan kita supaya paling tidak bisa secara mandiri memroduksi dan memiliki pesawat tempur sendiri,” ujar Hadi Tjahjanto.
KSAU menambahkan, Indonesia bisa menengok sejarah dan belajar dimana NU-200 Sikumbang merupakan pesawat hasil rancang bangun Mayor Udara Nurtanio Pringgoadisuryo yang dibantu oleh 25 orang teknisi anak bangsa melalui LIPNUR (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) -sekarang PTDI. Pesawat dengan desain low-wing monoplane itu merupakan pesawat pertama hasil cipta karya anak bangsa.
NU-200 Sikumbang merupakan pesawat tempur jenis COIN (Counter Insurgency) dengan mesin De Havilland Gipsy VI yang berkekuatan 200 tenaga kuda.
Pesawat tempur serang darat ini dibuat ketika Nurtanio menjabat sebagai Kepala Jawatan Teknik Udara dan dikerjakan dalam waktu satu tahun di Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Lanud Andir (sekarang Husein Sastranegara) Bandung pada tahun 1953.
Pada 1 Agustus 1954, pesawat NU-200 Sikumbang melaksanakan uji terbang pertama di Lanud Andir Bandung. Di tangan Capt. Powers, seorang pilot berkebangsaan Amerika Serikat (AS) yang bekerja untuk AURI (sekarang TNI AU), Sikumbang berhasil diterbangkan selama 15 menit.
“Senior kita sudah bisa memberikan contoh, bisa membuat pesawat. Ini (NU-200 ) adalah pesawat pertama produksi anak bangsa. Pada tahun 1944 Pak Nurtanio sudah memikirkan untuk kepentingan Angkatan Udara, itu istimewanya,” pungkas KSAU.